Nungkai mengambil helai daun kering di tanah, sesaat kemudian terlihat
matanya memandangi sedang jari-jari meraba merasakan tekstur dari daun
itu.
"Biasanya jika laki-laki mengambil sesuatu yang tidak berharga lalu
mengamati benda itu tanpa alasan maka bisa dipastikan jika pikirannya
sedang kalut atau justru sebaliknya, kosong" sindir Nisa.
Nungkai tak hirau, kemudian daun itu dibiarkannya terlepas dari
tangannya dan melayang terbawa angin.
Nungkai memang sudah tidak bisa berpikir lagi, barangkali sudah jenuh
kepalanya dengan berbagai asumsi pembantahan dari apa yang Nisa telah
sampaikan. Nungkai sebenarnya bukanlah tipe laki-laki pemikir, tapi
entah mengapa kali ini dia terlalu bersemangat.
Setidaknya itulah Nungkai yang tidak pernah bisa memahami perempuan,
Nungkai tak pernah sekalipun pintar membaca maksud dari perempuan.
Setiap kali Nisa menyampaikan sesuatu maka mulut Nungkai menimpali,
sedang Nisa sama sekali tak memerlukan jawaban. Nisa hanya ingin
didengar bukan jawaban.
Nungkai memang tak pernah pintar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
Aku mencoba melupakan semua. Mengalihkan pandangan pada hamparan luas kebun jagung yang hijau, terasa damai, alam begitu santun, aroma ladan...
-
Mungkin ada ruang di hati Dimah yang belum penuh oleh pemuas dan dari ruang hati yang masih kosong itu setengahnya terisi oleh tanyanya sen...
-
"Jangan khawatir, kekasihmu sudah terbiasa dengan konflik, setiap konflik yang pernah dilalui telah menjadikannya cerdas, cerdas yang ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar