"Apakah semua hal selalu memiliki penjelasan yang logis?" tanya Dimah.
Urip tak langsung menjawab. Walau matanya sudah terbuka dari tidur
namun kesadarannya masih belum utuh. Malah hatinya balik bertanya
apakah Dimah tidak tidur tadi malam.
Dingin dari hujan tadi malam masih membuat malas Urip untuk beranjak
dari pembaringan pun Dimah yang ada di sebelahnya.
"Aku tidak boleh mempercayai sesuatu sebelum sesuatu itu dibuktikan,
bagiku setiap sesuatu yang ada akan memiliki penjelasan yang bisa
dicerna logika, kecuali sesuatu itu memang tidak ada, tentu tak
memerlukan penjelasan" jawab Urip yang terlihat masih malas.
"Cinta juga?" tanya Dimah lagi
"Ya" jawaban Urip terasa sekedar memuaskan lawan bicara.
"Bukankah kau akan kehilangan cinta jika cita kau urai secara logis?"
"Konsekuensi" jawab Urip.
"Dimah, cinta itu hanya berlaku pada sesuatu yang belum benar-benar
kau miliki seutuhnya. Jika telah seutuhnya kau miliki sesuatu itu maka
kau akan lanjutkan kemana lagi cintamu pada sesuatu itu, sedang setiap
sesuatu memiliki perubahan demi tumbuh kembang. Tak mungkin kita
bertahan, tetap pada cinta.
Andai kau tetap ingin pada posisi cinta tentu hanya ada dua pilihan
yang mungkin, berarti kau wujud mati sehingga tak memerlukan proses
untuk tumbuh kembang. Tetap cinta, tetap yang berarti tak berubah,
kekal atau yang kedua kau tak akan pernah memilikinya. Sesuatu yang
tak pernah kau miliki akan melahirkan banyak pengandaian dalam hayal,
akan banyak cerita yang terbeber dari pengandaian itu, pengandaian
yang tak pernah putus, hingga suatu ketika kau sadar betapa
pengandaian yang tersusun itu hanya ada di pengandaian bukan di
kenyataan, bukankah itu berarti palsu.
Cinta yang agung justru palsu, ironi" lanjut Urip.
"Memangnya kau tak memiliki cinta?" tanya Dimah lagi.
"Jika kau tahu, aku telah terlibat cinta yang sangat dalam. Aku tidak
bisa menceritakan sesuatu kecuali sesuatu itu telah aku lalui" jawab
Urip yang kini telah bangkit.
Sedang Dimah justru memilih merapatkan selimut. Matahari kelihatnnya
tak akan muncul hingga siang, keduanya tak tahu harus bagaimana tanpa
keberadaan Beng.
"Kekasihmu tentu perempuan istimewa"
Urip tak bisa menjawab, banyak hal tentang kekasihnya yang tersimpan
didalam perasaanya dan itu tak mungkin untuk diwakili kalimat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar