Aneh rasanya mencari sesuatu di dalam pikiran, karena pikiran hanya
ilusi, tak memiliki bentuk, bagaimana seseorang menemukan sesuatu di
ruang yang tak memiliki bentuk.
Tapi seseorang bisa mengandalkan pikiran untuk mendesain bentuk,
desain segila apapun itu.
Sebatang ranting seukuran jari kelingking dengan panjang sejengkal
jika dilihat maka tak memberi arti apapun, tak ada yang istimewa. Itu
benar, untuk apa? dijadikan kayu bakar? Yang lebih besar dan lebih
memungkinkan masih banyak.
Andai ranting tadi aku pungut lalu aku berikan kepada seorang seniman
mungkin seniman terebut akan mengatakan hal yang sama dengan yang
lain, juga abai, karena ranting seperti itu banyak dan berlimpah, mau
berapa banyak? bisa dengan mudah yang lain ditemukan. Tak berharga.
Tapi ketika aku tanya pada seniman yang tadi, bagaimana ya agar
ranting sejengkal itu bisa ditukar dengan mobil?
Sesaat seniman terdiam dan diambilnya ranting itu lalu diamati dengan seksama.
Benar dia memiliki ide, dia mengatakan jika ranting itu dipahat
sederhana mungkin sudah jadi gantungan kunci dengan nilai jual lima
puluh ribu rupiah, jika dipahat lebih serius maka bisa memiliki harga
lebih tinggi, apalagi penjualan dengan menggunakan konsep lelang
penggalangan dana kemanusiaan atau apa, maka akan lebih mahal lagi.
Barangkali bisa seharga dengan mobil.
Sesuatu yang sederhana bisa berubah menjadi luar biasa ketika pikiran
merespon, pikiran mampu mendesain kemungkinan yang menakjubkan.
Ide bukan lahir begitu saja tapi ranting adalah bentuk yang memiliki
wujudlah yang memberi tawaran kepada pikiran untuk merubah wujud
sederhana menjadi lebih rumit hingga berharga.
Setiap wujud akan menawarkan banyak peluang. Barangkali di tangan anak
kecil ranting bisa menjadi pedang, pesawat, atau ular, anak kecil
mudah menyinkronkan apa saja yang di pegang dengan imajinasi yang
dimiliki, seolah semua nyata.
Sedang yang dewasa dan telah kuat dalam berpikir maka imajinasi saja
sudah tidak memungkinkan, kesadaran menuntut hal lebih konkret sudah
barang tentu perubahan wujud bukan sekedar dalam angan tapi perubahan
yang lebih nyata.
Bukan soal suka atau tidak suka, bukan soal benar atau salah, bukan
soal nyata atau maya. Tapi bagaimana kau berani memandang sesuatu
dengan berbeda. Ketika apa yang kau lihat terasa berbeda dengan yang
orang lain rasakan maka akan memancing kesadaran mengabarkan apa yang
kau ketahui itu sehingga yang lain sepakat, hal itulah yang
menimbulkan banyak kalimat, membuat otak aktif mencari kemungkinan
yang lebih logis.
Setiap kalimat bahan bakar maka kebanyakan orang teringat pada minyak,
padahal bahan bakar berarti bahan yang bisa dibakar dan itu akan
sangat banyak, bukan hanya minyak. Maka orang yang berani berbeda
dengan yang lain bisa mengatakan bahwa sampah juga bahan bakar,
kebanyakan orang malas, mereka memilih menuruti kemauan motor, kemauan
kompor kemauan pesawat. Mereka yang berbeda justru sedia turut pada
kemauan dari bahan yang dibakar bukan kemauan mesin.
Andai sampah satu kota dijadikan penggerak turbin uap untuk listrik,
apa tidak mungkin?
Bahan bakar tidak harus minyak.
Bukan suka apa tidak, karena ketika aku benci maka akan banyak ide
untuk menjatuhkanmu, pun ketika aku suka padamu akan banyak ide untuk
upaya mendekati, baik kalimat pun perbuatan.
Bukan tidak ada ide, tapi tak memiliki objek yang bisa memberi
kemungkinan untuk dipandang dari sudut yang pandang berbeda.
6.26.2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar