"Suatu malam aku bersama Arya juga Datu Yana membahas "Yen kawula
saderma nglakoni" ( jika umat sekedar menjalani . Menjalani dari apa
yang Tuhan berikan ) dalam pemahaman Jawa berarti menerima apa adanya
tanpa perlu lagi mengejar karena manusia sudah harus menjalani sesuai
apa yang Tuhan berikan dan gariskan. Tanpa bisa diubah sedikitpun.
Sungguh malam itu terasa hangat ketika Arya mengajukan pandangan yang
berbeda. Dia tidak menyalahkan faham Jawa, namun dia menterjemahkan
dengan sudut pandang yang lain. Kalimat jawa itu tetap, tanpa dirubah
sedikitpun, namun Arya mengasumsikan kalimat itu sebagai wujud
tanggung jawab terhadap perbuatan yang telah seseorang lalui. Semua
kejadian yang sedang menimpa bukanlah sebagai kehendak bebas dari
Tuhan, melainkan Tuhan selalu berkehendak untuk memberi imbalan yang
sesuai atas setiap perbuatan dari makhluknya.
Arya menterjemahkan pemahaman orang Jawa itu sebagai jangan mengeluh,
cobalah tanggung jawab atas perbuatan sendiri, baik atau buruk yang
menimpa tak lain adalah hasil perbuatan pada masa yang telah lalu
dari seseorang tersebut. Jadi tak perlu lagi seseorang memaksa untuk
merubah, karena setiap kejadian adalah hasil, sedang hasil memiliki
sifat tetap. Setiap aksi akan membawa reaksi yang sepadan dengan aksi
itu sendiri.
Arya menganggap jika seseorang menyatakan hal yang sedang terjadi
padanya sebagai kehendak Tuhan semata maka ucapan itu dianggap sebagai
fitnah terhadap Tuhan.
Manusia sering lupa atau mungkin tidak memperhitungkan reaksi dari
setiap perbuatannya pada masa lalu, sehingga ketika tiba saat menuai
hasil justru menyatakan sebagai garis dari suratan nasib yang Tuhan
berikan.
Menurut Arya tak sekalipun Tuhan berlaku kejam dengan berbuat
sekehendak" ujar Urip.
"Apa pertemuan Arya dengan kekasihnya itu juga merupakan hasil dari
aksi mereka sebelumnya" tanya Dimah.
Urip tak menjawab, dia hanya menarik nafas lalu melepas dengan lapang.
"Aku sekarang bersamamu karena aku pun adalah hasil, aku wajib
menerima, hidup sekedar menjalani, menjalani dari apa yang pernah kita
lakukan sebelumnya, pun kau, tak perlu fitnah pada iblis apalagi
Tuhan" Urip mengambil nafas lagi, masih ada yang berat dibenaknya,
sesuatu yang dia sendiri tak bisa mengucap.
6.05.2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar