"Lucu ya jika lagi kasmaran, bibir berkata tak ada cinta, tapi mata
tak bisa berdusta" ucap Dimah.
Urip tahu jika dia yang diledek tapi dia pura-pura tak hirau. Tak
ingin menyahuti.
Sebenarnya mereka berdua tak beda, masing-masing terlalu gengsi untuk
jujur, gengsi untuk mengatakan ya, aku suka.
Tentu Dimah akan sangat bahagia ketika menjadi perempuan yang diinginkan.
Pun Urip tak mungkinlah tak terpikat kemolekan tubuh perempuan.
Semua kalimat laki-laki tak lebih upaya memikat, sedang perempuan
sedia mendengar tak lebih menunggu kalimat yang mengidentifikasi bahwa
laki-laki itu menghendakinya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar