Bulan terlihat anggun dengan cahayanya yang tidak menyilaukan, menawarkan harapan akan kedamaian. Dewi membiarkan dirinya larut dalam dekapan Arya.
“Dulu aku sangat mengagumi Kemala, bahkan sampai saat inipun aku masih mengaguminya. Kemala sosok cerdas yang pernah aku kenal, dia memiliki cinta dengan segala kerumitan dan juga segala tawar-menawar posisi nyata maupun maya. Kemala tahu bagaimana cara membenturkan mimpi dengan nyata, lalu bersikap dengan logika. Kemala telah mengajarkan apa itu keberaniaan berekspresi.
Lalu Shanti walaupun dia seorang pelacur akan tetapi dia tahu bagaimana cara menenggelamkan mimpi dan memilih bersyukur atas perihnya hidup. Shanti sangat sadar bahwa diriya bukanlah orang yang baik apalagi suci, sadar akan posisinya yang rendah didalam status sosial, hingga Shanti tahu hidupnya hanya boleh untuk melayani, Shanti melakukan pelayanan dengan segala kesungguhan yang dimiliki, akan tetapi justru itu yang bisa menjadikannya ikhlas tanpa keluhan. Shanti telah mengajarkan bagaimana seharusnya bisa berguna untuk yang lain diatas segala rendah yang dimiliki, bukan justru sibuk menuntut untuk ditinggikan harkat pun martabatnya, apalagi sibuk merendahkan yang lain.
Pun engkau Dewi, telah menyadarkan betapa golongan hanya pembentukan akan rasa tinggi yang diakhirnya akan merendahkan apa-apa yang ada diluar dari pada golongan itu sendiri.
Aku mulai sadar memang manusia selalu mencurahkan pikiran dan jiwanya untuk pengetahuan yang akan memberi manfaat pun kemuliaan bagi kehidupannya, kehidupan golongan manusia, akan tetapi tanpa disadari golongan manusia telah menjadikan yang lain sebagai tumbal atas kemuliaannya, yang lain dianggap tak pernah memiliki hak yang sama dimuka bumi, yang lain hanya rendahan yang bisa dihacurkan. Seolah hanya manusia yang berhak atas kehidupan, lalu melupa jika semesta ini bukan untuk manusia semata”
Arya menyudahi kalimat, lalu membiarkan malam yang dihiasi bulan dan berjuta bintang menjadi selimut atas tubuhnya yang sedang berdekapan dengan Dewi. Pun Dewi enggan melepas rasa teduh yang melumuri sekujur tubuh dan segenap perasaanya. Orchestra seraga dan burung malam tak mau kalah dalam mengambil peran demi menambahkan harmoni.
Keduanya tak lagi hirau tentang adanya malaikat yang sibuk menyusun kerumitan catatan untuk presentasi dihadapan Tuhan dikemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar