Tidakkah Arya sadar jika Kemala tak akan pernah menjadikan dirinnya sebagai prioritas. Sudah sangat jelas Kemala berasal dari kasta yang berbeda, lagipula Kemala bukan perempuan bodoh yang mudah terlarut dengan perasaan, tak akan mungkin terjatuh dengan rayu murahan Arya, Kemala berjalan dengan logika dan realita kehidupan modern yang sangat bertolak belakang dengan pola pikir Arya yang sempit dan sangat tradisional, Arya selalu mengandalkan perasaan bahkan mudah menyerahkan nasib pada kehidupan.
Kegilaan Arya hanya makin mempertegas kebodohannya yang tak lagi mampu berpikir jernih. Otak cerdasnya terlalu kecil dihadapkan dengan prilaku sosial modern. Jelas jika otak primitifnya menjadi makin dominan, alhasil menerjang semua aturan yang berlaku secara umum.
Ataukah mungkin perlakuannya terhadap Dewi adalah satu-satunya cara Arya untuk menumpahkan kesadaran cinta yang sejak awal telah disadari hanya rekayasa iblis yang bercokol dalam kepalanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
Segala kemampuan yang dimiliki Beng bukanlah berarti menjadikan sesuatunya bisa lebih mudah. Jantung Urip berdegub lebih kuat begitu meng...
-
Hidup bukanlah untuk tujuan, melainkan perjalanan dari petualangan yang serba mungkin. Hingga apapun itu yang sedang terjadi memang telah ...
-
Haruskah aku berjalan terus menyusun teori konspirasi gila, membolak-balik faham konkret, hingga ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar