Sang waktu terus berjalan mengantar kehidupan pada satu masa yang gelap dan dingin, tak mungkin ada manusia yang abadi. Tetapi Arya terus menerjang apa-apa yang dilarang dan seolah melupa akan adanya hari pembalasan, yaitu di hari yang telah dijanjikan. Ataukah mungkin terlalu rapuh keimanan Arya ketika dihadapkan dengan perasaan cinta yang diagungkan oleh anak cucu Adam sehingga mengambil langkah di jalan sekutu setan dengan bisiknya yang mampu membolak-balik kalimat suci untuk dijadikannya berkelit lalu minta dibenarkan, sedang setengah dari hatinya sendiri meragukan apa yang diucapkannya.
Seharusnya Arya segera sadar untuk membuang jauh gambaran tentang Kemala lalu melupakannya karena segala pelampiasan dan pelarian yang dilakukannya justru menjadi petaka ketika di hati dan pikirannya masih menyimpan nama Kemala. Mustahil jika Arya tidak mengetahui arti pungguk merindu bulan.
Ataukah mungkin Arya memang gila, tapi mengapa dia bisa sedemikian gila.
6.12.2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
Segala kemampuan yang dimiliki Beng bukanlah berarti menjadikan sesuatunya bisa lebih mudah. Jantung Urip berdegub lebih kuat begitu meng...
-
Hidup bukanlah untuk tujuan, melainkan perjalanan dari petualangan yang serba mungkin. Hingga apapun itu yang sedang terjadi memang telah ...
-
Haruskah aku berjalan terus menyusun teori konspirasi gila, membolak-balik faham konkret, hingga ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar