Mungkin kesalahanku yang fatal ketika menganggap Kemala sebagai surga dengan segala kemuliaannya dan menyandarkan pada alam untuk mengatur janjinya.
Bukannya menganggap Kemala sebagai individu yang mendamba segala janji dunia yang harus digapai untuk mendapat kemuliaannya.
Bukankah seharusnya menyadari arah nyata berbeda. Kemala mengejar logika modern degan segala technology yang makin menguasai kehidupan nyata dengan segala gemerlapnya, sedang aku mengejar logika purba yang makin tergilas oleh technology dan terasa sebagai isapan jempol belaka bahkan lebih terasa sebagai dusta .
Mungkin seharusnya aku berlaku seperti Rahwana yang mencuri Dewi Shinta. Rahwana sang raja telah mengkonstruksi jalan hidupnya untuk menunjukkan betapa besar cintanya, dia korbankan apa saja demi Shinta, dan tak peduli apa resikonya.
Bukan seperti Rama yang justru mengandalkan Hanoman untuk mendapat Shinta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
Aku mencoba melupakan semua. Mengalihkan pandangan pada hamparan luas kebun jagung yang hijau, terasa damai, alam begitu santun, aroma ladan...
-
Mungkin ada ruang di hati Dimah yang belum penuh oleh pemuas dan dari ruang hati yang masih kosong itu setengahnya terisi oleh tanyanya sen...
-
"Jangan khawatir, kekasihmu sudah terbiasa dengan konflik, setiap konflik yang pernah dilalui telah menjadikannya cerdas, cerdas yang ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar