Sekitar sudah mulai gelap. Aku tetap tak ingin beranjak, hanya berdiam merasakan segenap alam mengganti episode dengan tokoh-tokoh malam. Aku tak memerlukan alasan lain, selain membiarkan segala indra hanyut sejajar dengan perasaan.
Mudah aku menemukan ranting-ranting untuk menyalakan api sekedar menghangatkan badan. Tampak bulan mulai mengintip disebelah timur, di balik pepohonan. Langit tampaknya cerah sehingga bintang-bintang tampak bertabur. Malam yang sempurna, semakin sempurna ketika tampak bayangan bulan di alir air sungai yang perlahan.
Aku hisap rokok dalam-dalam ketika menatap kecantikan bulan. "Kemala" kusebut namanya lirih.
Setengah dari hatiku mengharap dia bahagia di sana.
Yang aku ingat hanya senyumnya yang sering disembunyikan ketika dia merasa bahagia.
Tak terasa aku tersenyum ketika mengingat kebahagiaannya.
Bulan yang setia bersama malam, dulu sering menjadi saksi.
Dan sekarangpun menyaksikan.
Mudah aku menemukan ranting-ranting untuk menyalakan api sekedar menghangatkan badan. Tampak bulan mulai mengintip disebelah timur, di balik pepohonan. Langit tampaknya cerah sehingga bintang-bintang tampak bertabur. Malam yang sempurna, semakin sempurna ketika tampak bayangan bulan di alir air sungai yang perlahan.
Aku hisap rokok dalam-dalam ketika menatap kecantikan bulan. "Kemala" kusebut namanya lirih.
Setengah dari hatiku mengharap dia bahagia di sana.
Yang aku ingat hanya senyumnya yang sering disembunyikan ketika dia merasa bahagia.
Tak terasa aku tersenyum ketika mengingat kebahagiaannya.
Bulan yang setia bersama malam, dulu sering menjadi saksi.
Dan sekarangpun menyaksikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar