Lelah seharian menemani Shanti dengan sikapnya yang teramat labil. Sebelum shanti tidur dia sempat marah, karena aku tak bisa mengingat namanya yang pendek. Shanti atau Shinta nama yang sederhana bagi orang lain tapi membingungkan untukku.
Kau, Kemala, Shanti, pun Shinta dikepalaku hanya panggilan. Dan konyolnya aku abai untuk membedakan berdasarkan nama, aku hanya melihat sisi jiwa dan perasaan perempuan yang susah ditebak sikapnya, cenderung membingungkan.
Kemala telah memilih jalan seperti yang diingin. Mungkin juga karena aku bodoh sehingga tak bisa membedakan.
Aku merenungi akan sikapku yang sibuk mengejar sesuatu yang tak pasti untuk menjadi pasti.
Seharusnya aku mengingat kesenangannya, menemani kesendiriannya atau apapun tentang dia. Bukan sibuk sendiri.
Makin larut malam, aku menyalakan api dengan lembar-lembar buku yang selama ini aku anggap berharga. Aku ingin melupakan semua, tentang semua yang aku kejar.
"Maafkan aku kemala, aku bodoh" hanya itu yang bisa aku ucap. Biarlah hari esok datang dengan tarian yang mungkin baru dan aku akan mencoba mengimbangi kemana arah gerak yang disuguhkan.
1 komentar:
Lo emang tolol
bikin cerita memusingkan
malah pelacur lo gauli
istighfar lo
Posting Komentar