Mungkin seharusnya aku ikut terlarut, tapi aku lebih memilih untuk menikmati dengan menjadi penonton atas kebahagiaannya, menyaksikan senyum indah yang mewakili ungkapan perasaannya. Tak sedikitpun ada terlihat kerumitan.
Kemala pribadi yang kokoh dimataku, mungkinkah aku menyaksikan tiba saatnya dia tersenyum bebas seperti shinta.
Mungkin jawabnya Kemala bukanlah Shinta, dan masing-masing memiliki senyum dengan maknanya masing-masing.
"Lihat, cantik sekali kan?" Shinta menunjukkan bunga-bunganya, terlihat jelas sekali keceriaan dari wajahnya yang ayu.
"Menurutku masih cantik kamu" jawabku.
"Dusssta" tiba-tiba wajahnya berubah menjadi cemberut. Aku tak berkutik lagi, jawaban salah rupanya, buntu dan rasanya tak perlu aku mencari jawaban yang benar. Tertawa geli saja yang aku punya.
"Buktinya kau tak tertarik padaku" sambil menyandarkan kepalanya di bahu kananku.
Aku hanya diam, tak berani menjawab, kemungkinan sedikit salah menjawab bisa berdampak fatal yang bisa merusak suasana.
Shinta hanya ingin diakui, bukan ingin jawaban, sepertinya terlalu lama dia tak merasakan belaian kasih, mungkin selama ini yang ditemui hanya pria yang mencari kepuasan.
Seolah ini satu-satunya kesempatan yang ada untuk bisa menyentuh perasaannya.
Ada yang menetes di lengan kananku. Aku hanya bisa menarik nafas panjang, aku telah menjatuhkan air matanya. Aku memang tak pernah bisa memahami perasaan perempuan.
"Aku bukan tak tertarik, maafkan aku yang bodoh. Aku selalu mengulang kesalahan" aku coba menenangkan.
Shinta menjawab dengan menggeleng kepala dan terlihat dimatanya memang bukan itu jawabnya.
"shin, apa karena tadi malam"
shinta meletakan kepalanya dibahuku lagi tanpa bersuara.
Mungkin kali ini jawabku benar.
"shin.., mungkin aku benar-benar bodoh, tapi setidaknya aku bahagia dengan cukup melihat kau bahagia. Dan, jika kau tanya soal intim, tentu aku akan sangat bisa. Tetapi aku sudah terlalu banyak melakukan kesalahan selama hidup dan aku tak akan menyesali sama sekali, karena sesalku tak akan merubah masa laluku.
Tapi pula tak mungkin aku mengulang kesalahan.
Setubuh bagiku merupakan komunikasi tertinggi manusia, tempat curahan kasih dan sayang yang teduh, merupakan mahligai yang sempurna untuk keikhlasan jua kepercayaan dua insan.
Itu mungkin salah satu saat manusia yang ingin mencoba untuk menjadi manusia"
aku ambil setangkai bunga yang ada di pangkuan shinta.
Matahari sebentar lagi tenggelam, dan langit memerah. Shinta masih larut dalam perasaannya, aku berdiri mengulurkan tangan mengajaknya bangkit.
Malam sebentar lagi tiba akan menyuguhkan suasana yang berbeda, memberikan kesempatan untuk jiwa berekspresi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar