Bulan tampak terang sempurna, burung malam sesekali bersuara diantara derik serangga, sedang embun mulai turun, terasa tokoh malam yang sebenarnya ingin mengambil alih peran.
Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan, rasa berat mengungkapkan tentang dia, perasaan masih tak karuan
" Ya... Memang susah kalau menyangkut perasaan, disimpan menyakiti dibuang sayang" kata guru Wahab sambil menepuk bahuku.
"Namanya Kemala; dan aku sangat mengaguminya"
Tak mampu lagi sudah rasanya melanjutkan cerita, hanya ada nafas yang terasa makin sesak .
"Maafkan aku Kemala, aku bodoh" lirih aku ucapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar