Aku menyaksikan kearifan alam untuk mengasuh jiwa-jiwa yang masih lugu, seolah semesta memanjakan mereka. Bunga liar yang bermekaran tampak ramah memamerkan pesona, tak sedikitpun menampakkan keluhan, sedang lebah madu tapak sibuk menikmati hidangan yang tersajikan, suara gemricik air bening mengalir menambahkan sejuk suasana.
Di seberang ladang tampak beberapa rumah kayu beratap daun rumbia dan ilalang berjajar, kelihatan asap tipis mengepul, menunjukan aktivitas dapur.
Aku menjadi teringat ketika dia berandai di masa tua nanti, dia ingin melaluinya dengan angun, lalu sesekali dia akan jalan-jalan menikmati alam Indonesia yang damai dengan segala kesegarannya, waktu itu aku mengatakan jika dia akan lupa dengan aku, karena aku akan menjadi petani yang tua keriput dan sangat jelek. Waktu itu wajahnya tampak memerah dan langsung memukul-mukul punggungku dengan kedua tangannya, dan aku hanya tertawa.
Aku pejamkan mata mengingat semua tentang dia, masih ada rasa pukulannya dipunggungku. Masih jelas ekspresi wajahnya ketika dia meledekku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar