3.14.2012

Luka


Aku selesai berkisah tentang dia,namun tiba-tiba ibu meletakkan songketnya diatas pangkuan, aku sungguh terkejut ketika melihat wajah tua itu tiba-tiba berubah. Mata ibu menerawang tampak jauh, seolah menarik semesta pada kejadian masa yang telah lalu. Jelas tergambar apa yang telah remukkan hati, terasa sekali jika ada air mata yang telah membeku, mungkin luka yang teramat dalam, dan telah lama ibu menyimpan. Raut wajah diam tetapi membeberkan begitu banyak dan dalamnya  perjalanan.
Perasaan menyesal, seolah aku membuka luka yang telah lama ibu pendam.
“Kau tak akan bisa menyisir rambutnya yang panjang sekalipun kau bawakan sisir mutiara milik para dewi, pun kau tak akan bisa membasuh kedua kakinya sekalipun kau bawakan air dari surga. Langit dan bumi beserta isi antara keduanyapun tak akan mengantikan.
Perasaan perempuan sangatlah lembut, datanglah kepadanya walau kau akan diusir ketika ada disampingnya, gunakan perasaanmu. Dia marah karena yang dia cinta justru kau, sedang dia telah tahu siapa kau yang sebenarnya. Sungguh dia terluka oleh kasih yang kau berikan, lebih sakit dari semua luka yang ada ketika kau sentuh bahunya.
Kalian akan memahami apa itu cinta”

Angin berhembus menerobos jendela, ibu melebarkan daun jendela menatap jauh, terdiam seolah masih terlarut dengan masa lalu, tetapi terasa lebih ringan, suasana menjadi lengang. Aku tak mampu bersuara lagi, aku melihat linang air mata disusul senyum tipis dari bibir tua seolah menegaskan jika ibu bahagia telah menjalani luka bersama sosok yang ibu simpan tak seorangpun tahu.
 

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...