Aku makin tersulitkan , Ibu sosok masa lalu yang mengambarkan ada apa sebenarnya dengan cinta, sedang selama ini aku hanya hidup dengan mengandalkan insting dan logika. Aku tak memahami lagi apa itu perasaan, dan bagaimana menjalankannya. Yang ada hanya takut kehilangan dan ingin melihat senyum dari lembut bibirnya, sekalipun aku tak berani lagi menyentuh.
Sayup terdengar kumandang adzan pertanda maghrib, aku bergegas pulang ke pondok. Aku simpan segala gulana, tak ingin sampai ibu tahu jika aku tetap memikirkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar