Esok sudah pasti yang tidak bisa aku pastikan, karena aku tidak bisa
membaca prilaku sosial pun alam tempat aku berpijak, aku sudah tidak
mengingat apa yang aku telah pernah aku lakukan, aku tidak menahu
watak sikap mental dari orang tuaku yang mempengaruhi kwalitas sperma
cikal-bakal adanya aku.
Dan ketika aku melakukan ritual selayaknya jaman megalitik, melakukan
pemujaan kepada arwah leluhur, maka itu tak lebih hanya menyandarkan
konflik dalam diriku sendiri demi membuka kemungkinan yang dianggap
kebanyakan orang tidak mungkin.
Aku sudah tidak percaya dengan kecerdasan logika. Kecerdasan seolah
hanya menumbuhkan dusta belaka.
Aku sangat sadar ketika telah kehilangan banyak sumber daya kognitif,
terhabis oleh kalimat dusta. Barangkali kau juga tak akan jauh beda,
ketika cinta benar-benar ada di hati dan perasaan.
Ah... sudahlah, kau memang ada, untuk apa keluh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
Segala kemampuan yang dimiliki Beng bukanlah berarti menjadikan sesuatunya bisa lebih mudah. Jantung Urip berdegub lebih kuat begitu meng...
-
Hidup bukanlah untuk tujuan, melainkan perjalanan dari petualangan yang serba mungkin. Hingga apapun itu yang sedang terjadi memang telah ...
-
Haruskah aku berjalan terus menyusun teori konspirasi gila, membolak-balik faham konkret, hingga ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar