Hujan sangat lebat tapi hawa terasa gerah. Angga tak bisa membuang apa
yang ada di kepala, gerah.
Gerah karena setengah ingatannya terisi keraguan, dulu dia mendengar
jika tanda orang yang beriman diantaranya akan tergetar hatinya ketika
mendengar seseorang membaca ayat suci. Namun Angga justru merasa
kalut setelah mendengar ayat suci, yang telah didengar justru terasa
berputar-putar di kepala, malah menghantui.
"Kitab sebenarnya diturunkan Tuhan sebagai tuntunan manusia, bukan
sebagai sesuatu yang menghukum dengan segala sakralnya, tuntunan
berarti bimbingan, bimbingan untuk berprilaku. Seharusnya kitab
berfungsi sebagai manfaat yang menyingkap rahasia kehidupan dan itu
berarti kitab untuk digunakan, bukan untuk menggetarkan hati atau
sekedar menyejukkan atau malah menjadikan ketakutan berlebih.
Cobalah berpikir jernih!
Karena manusia diberi keistimewaan untuk mampu berpikir" ujar Salma.
"Coba kita urai kalimat yang menjadi firman Tuhan itu satu-persatu.
Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan
cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang
didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara....
Allah (pemberi) cahaya (kepada)...
Merupakan hal yang mutlak dan tak bisa diganggu gugat.
...Langit dan Bumi.
Mengapa tidak kepada manusia atau langit dan bumi beserta yang ada diantaranya?
Asumsi yang paling mungkin yaitu hanya langit dan bumi saja yang
memiliki cahaya, cahaya yang telah diberikan oleh Tuhan, dan sudah
pasti cahaya itu mampu memberi peneragan kepada selain langit dan
bumi.
Cahaya itu tidak ada diberikan kepada manusia supaya manusia berlaku
sebagai penikmat atas istimewanya langit dan bumi yang memiliki
cahaya. Dengan bercahaya langit dan bumi dan tidaknya pada manusia
justru manusia yang diuntungkan, dengan tidaknya manusia memiliki
cahaya justru manusialah yang berhak memanfaatkan cahaya yang dimiliki
langit dan bumi, dengan alasan, dari ayat yang lain disebutkan bahwa
manusia telah diberi ketentuan sebagai khalifah/pemimpin (berhak
mengatur/mengelola segala potensi dari yang dipimpin).
Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti lubang yang tak tembus, yang
didalamnya ada pelita besar. Pelita itu ada didalam kaca (dan) kaca
itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara.
Asumsi, ayat itu menjelaskan jika ada dua ruang yang terhijab bidang
yang tak tembus cahaya, sebelah ruang memiliki cahaya, sedang ruang
yang lain cenderung lebih gelap, dengan asumsi cahaya hanya bisa
disaksikan rambatnya pada posisi yang memiliki intensitas cahaya lebih
rendah.
Manusia memiliki posisi gelap, langit dan bumi memiliki cahaya terang.
Langit dan bumi mati (tidak tumbuh kembang) sedang yang ada diantara
keduanya adalah makluk (yang tidak disebut diatas) hidup (tumbuh
kembang). Sudah jelas jika yang hiduplah menjadi subyek sedang yang
mati menjadi obyek.
Jelas jika yang mampu menjadi subyek justru posisi gelap, sedang yang
bercahaya justru menjadi obyek.
Bayangkan apa mungkin retina mata kita bisa melihat obyek ketika
retina kita bersinar, yang mungkin justru obyek yang bersinar, hingga
bisa ditangkap oleh retina mata kita.
Yang menjadi permasalahan justru ketika disebut ...Perumpamaan
cahaya-Nya adalah seperti lubang yang tak tembus,...
Aku sekedar meraba maksud dari ayat itu tentu akan masih jauh dari
esensi, tapi setidaknya aku berusaha mencoba, apa yang terasa ketika
aku memahami.
Setiap apa yang kau saksikan dan kau analisa secara logis sebenarnya
telah kau dapat cahaya itu, tapi jika kau paham kecerdasan lagika saja
sebenarnya masih jauh dari sumber cahaya itu sendiri (lubang yang tak
tembus). Setiap hal sebenarnya tak akan tembus oleh logika cerdas dan
waras semata, yang bisa kau hitung dengan angka-angka mati. Sama
sekali tak.
Pelapisanan hijab dari cahaya itu lebih menjelaskan bahwa setiap
materi langit dan bumi adalah pengetahuan yang berlapis, yang akan
sangat menerangi bagi yang mengetahui" Salma terdiam, mengambil nafas
untuk kembali menyusun energi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar