"Kau tampak masih menyimpan dia di hati" tanya Dimah sambil menata
kayu menjaga besaran api. Angin telah membawa dingin, dan di langit
bintang-bintang satu persatu menghilang tertutup awan, sedang Beng
sudah terlelap di dalam tenda.
"Barangkali dia sudah mengambil jalan yang tepat dengan berusaha
kembali pada jalur yang seharusnya, pun aku, akan lebih lega ketika
dia telah sepakat untuk melupa" Urip melepas nafas menyertakan salam
untuk orang yang selalu mengisi ruang ingatannya.
"Kasih kau yang terbaik" ucap Urip lirih.
Dimah tak ingin bersuara lagi, dia merasa telah salah mengajukan
pertanyaan. Hangat api hanya membawa keduanya untuk membisu dan
terlarut dalam pikiran masing-masing.
3.11.2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
Segala kemampuan yang dimiliki Beng bukanlah berarti menjadikan sesuatunya bisa lebih mudah. Jantung Urip berdegub lebih kuat begitu meng...
-
Hidup bukanlah untuk tujuan, melainkan perjalanan dari petualangan yang serba mungkin. Hingga apapun itu yang sedang terjadi memang telah ...
-
Haruskah aku berjalan terus menyusun teori konspirasi gila, membolak-balik faham konkret, hingga ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar