Menyisakan hati yang terberai
setelah kehangatan hasrat berlalu dan dingin telah kembali berkuasa. Salma merasa telah
menghancurkan sendiri rasa cintanya kepada Nungkai yang selama ini digenggam.
Rasa kecewa terhadap tubuh dewasanya yang telah sedia menerima kehangatan yang
seharusnya sakral, tapi justru telah dilakukannya bersama Urip, orang yang baru
sekali ditemui. Salma sudah tidak tahu lagi apa yang berguna dan apa yang
tidak, yang Salma tahu hanya ini akan sulit
Yang pasti terkutuk sudah tanah tempat dia tinggal selama ini dan akan menumbuhkan
banyak duri ranjang tempat dia sekarang masih berbaring membelakangi Urip.
Pagi masih gelap dan
tubuh Salma masih menolak untuk beranjak dari hangatnya dekapan Urip, Salma
tidak mengerti untuk apa air matanya yang sedang mengalir. Ada terbersit dihati
jika kesendiriannya selama ini tidak menghasilkan apapun kecuali hanya memberi luka
mendalam, seolah hanya mempertegas bahwa semua yang Salma susun selama ini tak
lebih dari sekedar bayang-bayang yang terlalu jauh untuk digapai bahkan akan
sangat melelahkan.