"Jika kau sadar dengan apa yang kau ucapkan maka kau pasti akan
mentertawai dirimu sendiri. Bukankah sering orang mengatakan lain di
bibir maka akan lain pula dengan yang dihati.
Entah mengapa manusia terlalu sulit untuk jujur sehingga manusia
selalu menggunakan kalimat cerdas untuk berlindung, menyembunyikan
dari apa yang sesungguhnya mereka rasakan.
Ketika aku mengucapkan kalimat bahwa aku telah melupakanmu maka jika
aku lebih sedikit teliti maka kalimat itu justru berarti aku tak bisa
melupa, kalimat yang justru diucapkan kepada orang yang masih ada di
hati, karena lupa yang sesungguhnya adalah ketika sesuatu tak bisa
terucap lagi.
Selalu, Kemala pun Arya selalu mengucapkan kalimat berpisah, sedang
bagiku kalimat itu justru merujuk pada masing-masing yang masih saja
memiliki rindu, sama sekali keduanya tak mendapat pengganti dan
kalimat berpisah hanya bermakna telah kalah pada hati yang selalu
memaksa berkuasa, tak terhapus bayangan secuil senyum pun tawa dari
kekasih. Mengucapkan kalimat lupa, berpisah pada seseorang yang masih
ada dihati tak lebih dari penghibur atas kekalahan menaklukkan
mekanisme tubuh sendiri.
Sadar betapa cinta itu telah menyiksa keduanya, kesadaran yang
terlambat. Pun andai keduanya disatukan bukan berarti segalanya
selesai, terobati semua sakit dan siksa.
Indahnya cinta malah ketika cinta itu tak kunjung sampai hingga
terperas seluruh hati dan perasaan, hingga hancur berkeping-keping
lalu sakit itu memberi banyak hal yang serba baru yang bukan hal
rutin, akademis atau seperti cerita orang lain. Pun ketika tercapai
penyatuan antara keduanya maka akan musnahlah cinta, yang ada hanya
satu, kenyataan.
Kenyataan mereka harus membangun keselarasan atas keberbedaan menjadi
kesatuan yang apik dan yang pasti akan makin sulit. Menyisakan dua
kemungkinan terbentuk kerajaan baru atau justru makin hancur.
Aku telah membayar mahal untuk cinta dan aku tak pernah tahu apa hal
itu layak atau tidak" ucap Beng.
Gerimis tak juga membawa masuk Dimah yang duduk di halaman depan,
sedang hari telah menginjak gelap.
Ucapan Beng membuatnya tercenung, ada gelisah yang terasa membuat
susah bernafas.
5.29.2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar