"Bahagia, yang aku pahami bahagia itu hanya milik ahli syurga.
Anggapan yang aku miliki hidup dimuka bumi adalah membawa tanggung
jawab dan aku menerima itu sebagai konsekwensi hidup.
Hidup memberikan arti ganti dari kata bahagia padaku sebagai berhenti mengeluh.
Aku, kau atau siapapun akan sama. Aku bukan species yang berbeda darimu.
Pun ketika kau melihat orang lain bahagia mungkin itu hanya yang
terlihat oleh mata dan kau tidak masuk secara utuh kedalam
kehidupannya, sebenarnya dia juga komplek. Sama, kita semua memiliki
perasaan.
Lebih bijak barangkali untuk tidak membuang kesedihan atau
ketidaknyamanan, karena hal itu memang harus ada sebagai instrumen
dalam kehidupan, biarkan kesedihan memberi warna diruang hatimu,
biarkan rasa itu menuntun pada pencarian kondisi yang lebih baik.
Ketidak nyamanan diadakan oleh Tuhan agar supaya kau berkembang. Ya..,
semua hal buruklah yang menjadikanmu hidup yang terus menumbuh pada
pengetahuan, kebijaksanaan budi pekerti, bahkan jika tidak munafik
termasuk didalamnya materi.
Itu yang aku ingat dari sebagian yang dikatakan Arya padaku waktu itu"
ujar Dewi.
Ada terbersit kesedihan di wajah Dewi, namun itu tidak lama.
"Arya sangat mengagumi perempuan itu. Dia sering menceritakan betapa
Kemala perempuan yang logis, Kemala perempuan yang kuat.
Arya....
Pria yang tak begitu cerdas, bahkan mungkin otak yang dimiliki hanya
sedikit lebih baik dari otak simpanse. Entah apa sebab hingga dia
mengambil cara pandang berbeda dari kebiasaan yang berlaku.
Pun itu yang aku sangka menjadi sebab mengapa dia bersikeras untuk
mendekati Kemala. Karena ketidakmampuannya mendapat jawaban atas
banyak pertanyaan yang dia buat sendiri dan harus dia sendiri jua yang
menjawab tanpa tahu benar atau salah. Mungkin Arya merasa Kemala
satu-satunya yang bisa diajak bicara.
Sedang dia juga sadar itu semua akan membawa konsekwensi pada hati dan
perasaan" Dewi mengenang Arya.
"Mengapa jika sudah tahu akan menumbuhkan cinta dihati keduanya Arya
tidak menghentikan atau sebaliknya dengan meminang?" tanya Narang.
"Andai sesederhana itu mungkin akan sudah dilakukan Arya. Hanya yang
aku rasakan keduanya telah sepakat untuk kerumitan, walau tak terucap,
keduanya seolah sengaja menghancurkan diri masing-masing.
Kemala bukan perempuan desa yang sederhana, dia terlalu rumit.
Pun Arya, dia pria yang terikat, bukan sendiri" jawab Dewi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar