"Apa yang menjadi imbalan" Narang mulai curiga.
Dewi tersenyum, tahu jika Narang bukan orang yang bodoh.
"Cukup kau bawakan dua ayam hitam" jawab Dewi.
Giliran Narang yang tersenyum merendahkan Dewi.
"Harga yang pantas untuk batu itu, tapi aku tak akan pernah
mengorbankan angota keluargaku" ujar Narang memastikan bahwa dia tahu
kemana arah pikiran Dewi. Narang tahu jika mengorbankan dua ayam hitam
berarti mengorbankan dua orang anggota keluarga Narang sendiri untu
dijadikan tumbal.
"Kau lebih cerdas dari yang aku sangka, tapi tidak untuk mendapatkan
batu itu, dan kau tak memiliki banyak pilihan, terserah kau" bisik
Dewi yang terasa menekan Narang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar