Jika seseorang telah penuh ruang di hatinya oleh sesuatu maka tak akan
lagi seseorang tersebut bisa memberi ruang di hatinya pada sesuatu
yang lainnya lagi. Itu akan nampak dari cara seseorang tersebut
berprilaku. Maka seseorang tersebut akan memiliki kecenderungan
prilaku berbeda dari kewajaran sosial, sekalipun akal waras seseorang
tersebut mengatakan bahwa yang dilakukan itu hal salah, tetap saja tak
kuasa kendali tubuh menolak.
Hati yang benci, cinta, iri, sakit atau apa saja dari kondisi hati
sering menuntun manusia pada prilaku sosial yang terasa tanpa kontrol.
Bagaimana seseorang melakukan hal dengan kontrol yang baik sedang
seseorang tersebut hatinya telah tertutupi penuh dengan cinta, iri,
sakit atau benci pada keyakinan, kelompok, individu atau materi.
Hati lebih dominan memberi dorongan pada prilaku manusia.
Tak aku meninggalkanmu pun tak jua kau meninggalkanku kecuali kau pun
aku berusaha menerangi hati dengan logika, walau hal itu telah berapa
kali dicoba dan selalu berakhir sama, gagal.
Sebelum bibirmu mengucap kalimat maka hatimu telah mendahului sapa.
Lalu bagaimana mungkin aku mendustakan hatiku yang tersapa.
Hatiku telah kuberikan semua untukmu, tentu tak bisa lagi aku memberi
untuk yang lain kecuali kau patahkan hatiku sehingga aku bisa
mengambil kembali sebagian dari patahan itu dan kuberikan pada yang
lain.
Pun hatimu, kecuali patah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar