2.12.2016

Dini Hari



Dini hari jam 01:35 Urip baru memasuki kecamatan Jorong dan masih 2 jam lagi baru bisa sampai di kota Banjarmasin. Urip mengurangi kecepatan bermaksud singgah di warung pinggir jalan untuk mencari minuman hangat karena rasa kantuk mulai terasa mengganggu keamanan.

Meninggalkan Urip.
Ada banyak hal yang masih sulit dimengerti dari pertemuannya dengan Dewi membuat Dimah susah tidur. Dimah bangkit lalu menuju keluar rumah.
“Mana Datu, kok sendiri?”
“Eh Dim, terjaga ya?”
“Gak dijawab malah ganti nanya lagi”
Kojin mengambil rokok yang ada disebelahnya untuk memberi tempat duduk Dimah. Benar Dimah mengambil duduk disebelah Kojin, tapi Dimah tak tahu lagi harus apa. keduanya terdiam  untuk beberapa saat mencari-cari apa yang bisa mereka bicarakan.
“Mengapalah Kemala masih belum bisa melepas Arya dari ingatannya, apa sih istimewanya Arya” tanya Kojin.
Dimah tak segera menjawab, dia malah memasukkan kayu pada bara yang masih menyala dengan sedikit api. Otak Dimah masih penuh dengan pertanyaan tentang kemunculan Dewi tiga hari yang lalu dan belum siap atas pertanyaan Kojin.
“Menurutmu?” jawab Dimah mengembalikan pertanyaan Kojin.
Kojin mengambil sebatang rokok lalu menyalakan dengan menggunakan ranting kecil yang diambil dari api didepannya. Kojin ragu menyampaikan asumsi yang dimiliki. Toh pertanyaan yang diajukan sekedar basa-basi untuk mencairkan suasana yang tak kunjung bisa nyaman.
“Tak juga istimewa si Arya menurutku ” ujar Kojin lagi.
Dimah menghela nafas mengambil apa yang ada didalam benak.
“Mungkin, tapi menurutku tidak sesederhana itu cinta bisa terbentuk di hati perempuan, apalagi Kemala bukan perempuan kampung, dia rumit. Barangkali Kemala sudah jengah dengan kehidupan modern yang memberi banyak tuntutan, di tempat dia menjalani hidup tak banyak orang yang sedia berbagi dengan menggunakan hati .
Dikesehariannya Kemala selalu berbagi ruang dengan orang-orang yang memiliki logika cerdas juga memiliki keteraturan jadwal, orang-orang yang bekerja dengan mengedepankan profisionalisme sudah pasti akan mengabaikan hati dan perasaan.
Celaka berawal ketika dia meladeni si Arya yang bodoh, orang yang tak bisa berkomunikasi setara dengan pola pikirnya, mungkin waktu itu Arya disetiap kali berbicara hanya bisa mengandalkan perasaan dan sudah pasti ketika dia menyampaikan tak pernah ada kejelasan konsep akademik, tentu itu hanya jadi bahan tertawaan. Celakanya pula Kemala terhibur dengan setiap penyampain konyol  dari Arya. Kemala terbiasa menikmati obrolan aneh yang hanya satu-satunya dia bisa temui. Kemala tidak sama sekali sadar jika Arya pula orang yang menggunakan perasaan ketika berbagi ruang dan waktu dengannya.
Sedang Kemala sudah terlalu letih, dia ingin tempat bersandar, dia ingin ada tempat untuk hati dan perasaan. Celakanya hanya ketika bersama dengan Arya dia bisa menemukan hati. Kemala tersentuh.
Arya yang aneh, seaneh hati yang tak pernah logis”

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...