2.05.2016

Arya



“... menurut cerita Arya bukan orang yang memiliki lingkungan untuk presentasi kecerdasan, dia hidup bersama orang-orang yang memiliki latar belakang ketertinggalan, pun dia sendiri bukan orang yang cerdas. Bagaimana mungkin dia bisa berubah menjadi memiliki kapasitas hinggga tampak berbudaya dan dengan waktu yang begitu cepat, apa mungkin secepat itu perubahan  pemikiran Arya”
Datu tersenyum tipis mengerti arah pertanyaan yang diajukan Dimah, berbeda dengan Dewi yang justru menampakkan mimik cela, seolah ingin mengatakan tahu apa kau soal Arya.

“Benar, Arya bukan orang yang memiliki kapasitas, sama sekali bukan. Tapi bayangkan jika kamu yang tampak lembut tiba-tiba di kejar anjing hutan yang ganas kira-kira apa tindakanmu, tetap berprilaku lemah lembutkah atau justru sebaliknya. Tak usah dijawab kira-kira kita sudah tahu jawabannya.
Arya sama sekali tidak berubah. Waktu itu dia memiliki kesempatan dekat dengan perempuan yang memiliki kecerdasan lebih, apa mungkin seorang laki-laki mau disebut bodoh dihadapan perempuan yang telah menarik perhatiannya. Aku kira laki-laki manapun akan berusaha membuat dirinya tampak lebih baik dihadapan perempuan yang dia suka supaya dia bisa diterima perempuan itu.
Arya tetap Arya tak sekali-kali berubah menjadi orang lain, hanya saja orang terkejut ketika Arya menggunakan cara komunikasi yang berbeda, pun aku waktu itu juga sempat terkejut. Cara komunikasi yang sebenarnya dia sendiri telah miliki tapi tak pernah sekalipun dia gunakan sebelumnya. Sama seperti kau yang bisa lari sangat cepat  ketika di kejar anjing, sedang yang sebelumnya orang lain ketahui hanya kau yang lemah lembut, orang lain tak pernah sekalipun mengetahui kau mampu berlari sangat cepat atau bahkan kau sendiri tak pernah sadar jika memiliki kemampuan itu. Bukankan sebenarnya manusia normal  tak perlu diajari sekalipun suatu ketika akan menggunakan kemampuannya untuk berlari walau kesehariannya dia selalu berjalan. Lalu ketika kamu berlari apa berarti kau berubah sehingga tidak menjadi kau lagi.
Pun Arya, dia tetap bukan orang yang cerdas tapi dari situ aku memahami  jika pada waktu itu Arya telah bersungguh terhadap perempuan yang bernama Kemala.  Arya telah pernah berdiri di sisi lain selain dari kebodohan yang telah melekat pada dirinya” datu menghentikan cerita dan tampak berusaha mengambil lagi ingatan yang dimiliki. Datu menyalakan rokok untuk lebih menata apa yang di ingat .
"Tak pula jauh beda dengan Urip yang telah meninggalkan kalian bersama dengan keributan soal Tanah Dalam pun Tanah Luar. Urip mengambil keputusan tentu memiliki alasan yang memadai. Kau, aku atau siapapun bisa tampak sangat berubah tapi jika kau menyimak ceritaku tadi sebenarnya tidak sama sekali dari kita bisa berubah. Kita hanya beralih pijak di deretan angka negatif atau sebaliknya di angka positif dan sungguh angka-angka itu adalah kita yang seutuhnya. Sama halnya kiri atau kanan. Kiri ya kiriku, kanan ya kananku, bodoh ya bodohku cerdas ya cerdasku.
Arya, Urip, kau semua dari kita pernah berurusan dengan rasa cinta. Sudah tentu cinta yang memiliki sisi tangis, tawa, sakit, berbunga yang lekat dan benar ada sehingga bisa di sebut cinta"
Ujar datu menyisakan sepi dan kejut ketika tiba-tiba suara serangga malam berhenti, sama sekali tak terdengar dan udara berubah terasa sedikit gerah sedang seharusnya hutan tak pernah henti dari keributan suara serangga juga seharusnya dingin menyelimuti.
Kojin menoleh kearah Dimah tapi alangkah kejut karena justru Dewi telah tepat di depan mata
"Dan kau tau apa yang terjadi dengan Kemala sekarang. Arya meninggalkan ingatan yang membusuk di ruang hati Kemala, menjadi duri dan sangat menggagu di setiap langkah Kemala" bisik Dewi.

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...