Guru Wahab tersenyum tipis
"Satu hal lagi yang aku ingin sedikit bertanya, mengapa kau selalu
condong ke kiri, mengapa kau suka membalik aturan yang sedang berlaku
dalam tatanan masyarakat" tanya datu Yana.
"Kiri atau kanan tergantung dari posisi hadap subyek kepada objek atau
obyek itu sendiri yang menentukan hadap, aku ambil contoh jika huru b
kau tulis pada media transparan maka b itu bisa berubah menjadi d jika
kau melihat huruf b itu dari sisi sebaliknya, atau b tersebut akan
bisa menjadi d ketika media tulis transparan tersebut berputar 180
derajat, b pun d sama-sama huruf yang memiliki fungsi dalam rangkaian
huruf dalam kata. Keduanya benar.
Seperti katamu aku memang suka berada di posisi sebaliknya dari
aturan. Kiri atau kanan merupakan pendapat subyek namun obyek tetap
setia dengan keberadaannya, tak bisa didustakan, bukankah jelas jika
benar atau salah hanya asumsi subyek.
Lalu apakah kau ingin menyalahkan aku ketika berasumsi sesuatu yang
jamak berlaku tak lebih dari pembodohan, membunuh kreatifitas,
menjadikanmu tak pernah berani melakukan eksplorasi dari kekayaan
potensi yang kau sendiri telah miliki, kau tak akan pernah bisa
berkreasi karena kau takut dibilang berbeda. Bagiku itu makna
penyeragaman dalam tatanan masyarakat. Mengapa kau memilih sesuatu
yang seragam, sedang dirimu tak sekalipun sama dengan yang lain, nama,
umur, wajah warna kulit, semuanya berbeda. Haruskah kita seragam dalam
pendapat?
Aku yang sebenarnya harus bertanya padamu, mengapa kau bisa menjadi
sama dengan yang lain. Mengapa anak-anakmu kau perintahkan untuk
menghabiskan waktu di sekolahnya untuk menghafal pelajaran yang belum
tentu sesuai untuknya. Mengapa tidak kau berikan waktu kepadanya untuk
lebih banyak bermain, sehingga dia menjadi manusia yang berkembang
dengan kreativitasnya. Sadarkah kau jika anakmu bukan bahan mentah
yang siap dicetak oleh mesin produksi. Mereka manusia kreatif yang
bisa menjadi seperti apa yang dia mau, mereka memiliki optimis yang
luar biasa" jawab guru Wahab.
"Kau memang selalu melawan dengan berbagai konsep yang mengejutkan,
namun semua yang kau sampaikan itu hanya penyampaian meminta
pembenaran, kau berdalih" datu Yana tersenyum masam.
Terasa jika datu Yana akan segera menantang dan itu makin jelas ketika
datu mengarahkan pandangannya padaku.
"Rip, kau masih mencintainya? Seberapa kesungguhanmu padanya?" tanya
datu padaku.
Aku tidak terkejut, aku memang sudah siap terhadap kemungkinan, sudah
resiko jika akan terlibat ketika berada diantara perdebatan mereka.
"Tak perlu kau jawab, matamu sudah lebih dari cukup untuk menjawab.
Apa itu yang kau maksud kreatifitas? Menjalin hubungan terhadap
perempuan yang dicintai tanpa pernah menyentuh lembut dari kulit
perempuan itu? Dunia maya untuk prosesi ritual sunah rasul? Urip
bagiku tak lebih dari sebagian gambar atas kegagalanmu mentransformasi
ide pembelotan dari pakem yang seharusnya. Itukah jalan kiri yang kau
maksud?" ucap datu.
Aku terdiam duduk diantara dua monster yang bernama ego. Keduanya
minta dibenarkan, meminta pengakuan.
Guru Wahab tersenyum kearahku dan datu pun aku paham itu. Guru Wahab
memberi kesempatan padaku untuk jangan hanya diam.
Suasana sesaat lengang kami bertiga seolah memberi kesempatan pada
serangga malam untuk memainkan musiknya disela lelah dari meninggikan
tensi.
4.11.2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar