"Terkadang aku sangat rindu kekasihku seperti yang dulu. Dia yang dulu
banyak bercerita, dia yang berani, tak segan berucap sesuatu. Kagumku
waktu itu tak terkira, ketika dia memamerkan tariannya yang sangat
ekspresif" ujarku.
"Apa dia sudah tidak menarik lagi" sambung Beng.
"Aku kehilangan dia"
"Bukan, kau bukan kehilangannya, kau telah mendapatkan hati dan
perasaanya. Bukankah itu maumu waktu itu? Kau saja yang tidak
memperhitungkan kemungkinan akan terjadinya konflik pada diri
perempuan itu, konflik dari cinta yang akan lebih menguasai dirinya.
Konflik yang akan menguasai hati dan perasaanya, konflik yang akan
mengambil alih sisi kreatif dari naluri perempuan yang menawannya itu.
Kau sendiri yang telah melakukan itu, kau yang menyita dengan semua
oceh kosongmu, kau yang menjerat hatinya hingga dia merasa sakit luar
biasa. Bagaimana mungkin orang bisa menari sementara dia merasa sakit,
sudah otomatis jika seorang penari sedang sakit maka dia akan lebih
sibuk mengurus sakitnya dan melupakan tarinya" Beng menyalahkan aku.
Aku terdiam, malah sibuk mengingat awal jumpa dengannya.
"Maafkan aku" gumamku.
"Untuk apa, maaf tak merubah apa yang telah terlanjur ada terjadi.
Bukankah sekarang dia hampir tak tahu lagi kemana arah? Tapi dia tak
pernah menyalahkanmu, bahkan dia berusaha sendiri mengatasi konflik
jiwanya, tak sekalipun berani mengeluh padamu.
Rip, dia perempuan yang kuat, dia mampu menyembunyikan semua tangis dan perih.
Sayang sekali kau tak pernah henti melukai." Beng benar-benar menyalahkan aku.
"Angin sampaikan salam dan mohon ampunku padanya. Aku bodoh dan tak
pernah bisa dewasa" kalimat itu tak keluar dari mulutku.
Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Semua tak cukup sekedar
dengan cinta, dunia ini nyata.
Angin berhubus menanyakan seberapa sungguhku menitipkan salam dan
ampunku itu, namun aku tak bisa menjawab, diam menggumpal raguku
hingga angin itu telah benar berlalu.
Tertinggal bunyi serangga malam yang sependapat dengan Beng, ikut
menghakimi aku.
Aku nyalakan rokok dan meletakan ponsel di sebelah duduku memandang
gelap langit tanpa bintang.
"Kasih"
4.24.2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar