"Aku terbelenggu perasaan pada seorang perempuan dan yang aku tahu
hanya masih sulit menemukan menggantikan apa yang aku pikirkan, yang
aku tahu memang aku tak pernah bisa mengendalikan perasaan, walaupun
secara teknis kecerdasanku mampu menyusun asumsi penguasaan hati
berikut perasaan namun selalu gagal ditiap melakukannya. Teori yang
aku pegang hanya kosong, gagal setiap aplikasi" ucapku.
"Ayo diminum kopinya!" balas datu Yana seraya beliau mengangkat
cangkir dan meminum kopi yang sudah dingin.
Aku malah menyalakan rokok untuk meredam apa yang ada di kepalaku dan
setelah kepulan asap pertama baru aku angkat cangkir kopi lalu
menghirupnya sedikit.
Suasana terasa lengang, aku merasa jika kurang pas kali ini
menyampaikan masalah pribadi kepada beliau, tetapi sejak awal datu
Yana memang mengangkat topik membersihkan hati dan pikiran sehingga
aku rasa tak ada salahnya jika aku ungkapkan kendala nyata yang memang
terjadi mengenai hati dan pikiranku, walau itu sebenarnya bersifat
pribadi.
Setidaknya aku mengambil contoh yang tidak jauh, diriku sendiri sebagai contoh.
"Aku paham teori yang kau sampaikan, bahwa untuk menghilangkan apa
yang mengganggu perasaan dengan menganti topik dari yang terasa
menguras perhatianmu itu.
Secara teknis memang benar bahwa kau memiliki satu prioritas didalam
satu kesadaranmu maka jika satu prioritas yang sedang ada tak mungkin
dilenyapkan, karena dengan kau memiliki prioritas maka kau memenuhi
syarat hidup, memiliki dorongan untuk tetap eksis dalam hidup,
bayangkan jika manusia tak memiliki dorongan atas pemenuhan atau
keinginan, rasanya mustahil.
Maka mengganti satu muatan dengan satu muatan yang lain berarti telah
melepas muatan pertama, kalau kita menggunakan asumsi satu tubuh hanya
memiliki satu arah prioritas.
Itu benar" datu Yana menghentikan kalimat lalu menyalakan rokok.
"Tetapi aku tidak ada sedikitpun niat untuk melenyapkan hasrat manusia
yang menjadi dorongan hidup itu. Akan tetapi aku mencoba menyampaikan
bahwa pikiran untuk digunakan, untuk mengurai apa yang sedang manusia
hadapi, sesuatu yang nyata bukan sibuk menyusun asumsi, asumsi dari
sesuatu yang tersusun didalam hayalan belaka, pun aku tak menghalangi
manusia untuk berimajinasi, akan tetapi gunakan hati untuk merasakan
seberapa jauh kemampuan yang kau miliki.
Jadi tidak membebani pikiran dengan gambaran tentang harapan melainkan
menjadikan pikiran berfungsi seperti yang seharusnya, mengurai
kerumitan yang dihadapi. Bukan termuati melainkan dipakai.
Itu yang aku maksud.
Pun hati, pahamku hati tempat dari perasaan, bukan pula aku menjadikan
manusia tak memiliki hati melainkan gunakan hatimu untuk mengukur dari
apa yang sedang kau hadapi, bukalah mata hatimu untuk tindakan yang
akan kau lakukan. Bukan jika sudah suka atau cinta lalu hatimu penuh
dengan sesuatu yang kau suka atau kau cinta itu, tak lagi memandang
jarak ruang dan waktu, itu dan itu melulu.
Sedang sekarang saat kau duduk, sedang kau hadapi sangat memerlukan
per-hati-an tapi hatimu masih disana. Maka untuk mencapai sesuatu dari
apa yang kau lakukan tidak sekedar sentuhan tubuh pun logika tapi juga
memerlukan sentuhan hati.
Percayalah jika aktifitas manusia disertakan hati maka akan
menghasilkan sesuatu yang akan menyentuh pribadi lain hingga ke
hatinya pula"
8.18.2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar