Sejak itu aku sering menanam mantra ditengah malam, menyisipkan teluh diantara kalimat menjadi kebiasaan. Menjadi sibuk memasuki sisi tersembunyi dari tiap ruang , tak menjadi asing ketika mencumbu gelap. Mungkin minta dibenarkan ketika gelap menjadi alasan untuk menerima terang, pun aku mulai bertanya mungkinkah terang menerima terang.
Bagaimana aku dapati keberadaanku yang sebenarnya, jika aku masih mencintai segala yang indra terima, mengimani segala pengetahuan yang masih aku dengar, aku lihat.
Sayang sekali, ketika dia menolak cintaku tidak membuat luka yang terlalu dalam, padahal aku merindu luka hingga membunuh kecerdasan. Berharap luka hingga ruh berkalimat, hingga ruh menampakan geraknya.
Sayang sekali, segala nalar masih menerima alasan jua kemakluman atas bisikannya.
Ada yang aneh ketika mencari duri pada flamboyan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
Aku mencoba melupakan semua. Mengalihkan pandangan pada hamparan luas kebun jagung yang hijau, terasa damai, alam begitu santun, aroma ladan...
-
Mungkin ada ruang di hati Dimah yang belum penuh oleh pemuas dan dari ruang hati yang masih kosong itu setengahnya terisi oleh tanyanya sen...
-
"Jangan khawatir, kekasihmu sudah terbiasa dengan konflik, setiap konflik yang pernah dilalui telah menjadikannya cerdas, cerdas yang ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar