2.12.2012

Aku Kembali Abstrak?

Jika kau menemui tubuh atau menerima kalimatku, tentu kau hanya menemui ujud nyata dan sungguh kau tak pernah menemui aku. Nun jauh seperti apa hamparan ruang dibentang tak akan pernah jauh sesungguhnya aku, aku ada di dekat ketika kau tak memandangku jua mendengarku, itu saat ada, setipis apapun itu, tapi itulah aku.
Mungkin kecerdasan telah mentranslate rindu tentang seseorang yang telah mengisi sebagian perasaan, tapi sayang terlalu sering sangka memberi gambaran bebas, kadang tanpa dasar yang nyata terjadi, jua sayang manusia terlanjur mengimani apa yang sangka gambarkan, kadang terasa aneh ketika pikiran mennyusun urutan sangka menjadi satu episode yang seolah bakal terjadi.
Bahkan ketika isi kepala berbeda dengan kenyataanpun, tetap kecerdasan mengajukan dalih untuk dibenarkan. Logika dalam peradapan selalu ingin didepan.

Bukan itu aku, aku hanya meminjam nama atas keberadaan, aku bukan sekedar isi kepala, aku ujud dari bagian mekanisme alam yang sesungguhnya berlaku atas hamparan waktu. Jua aku sadar hampir menjadi kalimat dusta ketika aku sampaikan, karena nyata dikehidupan manusia sejak awal telah membangkang dari mekanisme alam, memilih jalan keinginan merdeka lalu bergabung dengan isi kepala dengan janji bahagia jua kuasa.

Bagaimana mungkin aku bisa seperti isi kepalamu yang maya, sedang aku nyata. Bagaimana mungkin kau temui aku yang nyata, sedang sesungguhnya aku bukan sekedar yang nyata. Aku pun kau terlanjur ada dikepala, tapi kau membuktikan ada dengan tiadanya kau.
Haruskah aku membuktikan lagi bahwa aku ada dengan tiadanya aku?
Atau mencinta harus diartikan sesuai dengan isi kepala yang dicintai?
Atau ...

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...