"Isi kepalamu sendiri yang meramu, bukan lawan bicaramu yang bikin masalah. Konstruksi kepalamu sendiri yang menjadikan sesuatu menjadi ringan atau berat, suka atau tidak, benci apa cinta semua tergantung kau.
Konsep yang kau ajukan tak lebih dari olah otak cerdas yang mengajukan permohonam untuk bisa dipahami apa yang ada di kepalamu.
Kau buang-buang waktu saja!"
"Ah..., kenapa kau jadi sensStif"
Urip seharusnya tahu Kojin yang kalah judi tadi malam.
"Salma gimana" tanya Kojin melemahi pembicaraan.
"Masih malas di rumah mungkin"
"Kok mungkin, bukankah tadi malam dia bersamamu.
Kau bertengkar?"
"Sudahlah, ayo lekas ke ladang kita sudah kesiangan ni!"
"Sudah siang trus mau diapakan?
Rip, kau dulu mengajari aku tentang hidup yang memerlukan konflik untuk menjadi bahan bakar pendorong dari tujuan seseorang, untuk sebuah pencapaian.
Kenapa kau sekarang cenderung melemah?"
Urip hanya diam, ia sadar tak bisa sejalan dengan apa yang ia pernah ucapkan.
Tak mudah ketika terbentur.
"Dia yang benar-benar telah menjadi bagian dari hidup, bagaimana mungkin aku melupa.. kan....nya" ledek Kojin dengan suara parau dibuat-buat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar