5.03.2016

Egois



“Sebut saja pintu dari rumahku rusak, tentu akan akan terusik dan kemudian akan aku merperbaiki.
Benar, aku memang memperbaiki  pintu rumahku itu hingga pintu menjadi berfungsi dengan baik kembali.
Setelahnya yang ingin aku bahas, bukan soal pintu itu. Sebelum aku mengetahui pintu itu rusak aku baik-baik  tapi setelah mengetahui pintu rusak dan kemudian aku memperbaiki hingga pintu yang rusak itu menjadi baik malah kemudian aku yang menjadi rusak, karena ibu jariku terluka, karena terjepit sewaktu memperbaiki pintu tadi, bajuku yang tadinya bersih berubah menjadi kotor.
Benar, kalau gak ingin kotor atau luka ya biarkan saja pintu itu. Rusak biar tetap rusak hingga yang baik akan tetap baik. Sederhananya jika kau ingin menjadikan sesuatu menjadi baik maka pastikan dirimu siap yang akan menjadi rusak. Coba asumsikan dengan hal lain, apakah yang aku sampaikan masih berlaku sama atau tidak.
Sama barangkali dengan lambai tanganku atau langkah kakiku. Jika yang kiri maju maka yang sebelah kanan akan terbelakang.  Seperti halnya subyek-obyek, memandang- dipandang. Barangkali setiap relationship memiliki ketetapan itu. Bukan sama-sama memiliki untuk bisa disebut us tapi you and I bukan I and I.   
Cinta ketika telah sepakat tidaklah menjadi penyatuan yang saling mencintai melainkan satu kasih dan yang lain sayang. Kita sudah bukan dalam proses untuk bisa dalam kebersamaan. kita sudah dalam kebersamaan”
“Berkelit, berkelit, aku lelah, aku gila hanya memikirkanmu!”  emosi Salma meledak.
Salma tak memerlukan apapun, apalagi asumsi Urip yang terasa justru menyudutkan dirinya kedalam jauh di kesendirian. Kesadaran Salama hanya bertanya  kemana seharusnya bersandar kalau bukan pada Urip. Semenjak adanya Urip Salama telah kehilangan banyak sahabat bahkan untuk menjadi diri sendiripun Salma hampir tak bisa.
Enatah apa yang ada di benak Urip sehingga dia minta dibenarkan dengan ocehan pajangnya itu. Barangkali sudah sifat laki-laki yang egois yang tak pernah memahami perempuan, ketika perempuan mengungkapkan perasaan bagi laki-laki seolah terdengar hanya meminta alasan.
Salma tak memerlukan lebih dari sekedar peluk, sekedar membuktikan bahwa Urip masih ada untuknya, tak lebih. Sekedar pernyataan bahwa dia tak sendiri walau dia juga sadar bersama Urip berarti petaka.
Entah mengapa Salma tak mampu jauh dari Urip sedang dia sangat membenci

Tidak ada komentar:

Mengambil Gambar

Aku sempatkan mengambil gambar sederhana  pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...