“Entah bagaimana cara membengkokkan hati pula bagaimana
menghentikan pikir. Mengapa seseorang justru hanyut oleh pikir, hati, naluri
pun ego mereka sendiri, mengapa mereka seolah tak memiliki kuasa untuk
mengendalikan keempat instrumen yang seharusnya menjadi perangkat untuk
menyelesaikan permasalahan sehingga manusia bisa lebih produktif. Bukan justru
membentuk konflik yang berujung pada pelemahan produtifitas”
Apa yang sebenarnya Urip pikirkan sehingga dia masih saja
larut pada kalkulasi pemahaman. Sedang nyata Salma sudah tak lagi bisa diajak
berbicara. Apa mungkin Urip sudah buta mata hatinya sehingga dia tak lagi bisa
membaca apa arti getar bibir dari wajah memucatnya Salma. Apa semua ucapan harus diartikan
seperti apa yang diucapkan. Mengapa Urip tidak jadi robot saja. Bodohnya Urip.
Hembus angin semilir rupanya menegur Urip untuk menurunkan ego hingga terhenti apa
yang memenuhi isi kepalanya. Kemudian ia menengadahkan wajah sambil menarik nafas mendalam sedang mata memejam
dan setelah itu ia menunduk. Tiba-tiba terjadi perubahan yang cukup drastis, otak
Urip terlihat buntu bahkan kini Urip tampak berusaha membuka mata hati. Rupanya
Urip mulai sadar jika kekacauan telah ia buat sehingga memporak-porandakan hati
Salma.
“Ya, aku bodoh, aku telah melakukan kesalahan. Barangkali
akan lebih baik jika kita tidak bertemu lagi. Aku tahu ini akan sulit. Jangan
kau pikir ini akan mudah bagiku. Bahkan jika kau tahu tak semalampun aku pernah
bisa untuk tak memikirkanmu. Jangan kau tanyakan apa artinya kau bagiku. Entah
apa jadinya aku tanpa kau ada dalam alam sadarku.
Sudahlah jika berpisah menjadi pilihan terbaik kita. Biar
aku tetap menyimpan semua, mungkin akan aku bawa sampai gelap abadi menemaniku”
ujar Urip yang tak mampu lagi memberi pilihan.
Angin makin deras menerbangkan daun kering juga rambut Salma
yang tergerai. Salma menepis peluk Urip sambil membuang muka, tak bersuara
membiarkan air mata perlahan jatuh sedang nafas terasa sesak menahan remuk perasaan membayangkan arti berpisah terasa lemas seluruh sendi. Mengapa Urip berubah menjadi kejam. Mengapa harus
berpisah yang menjadi pilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar