Bukanlah orang yang memahami estetika, Urip lahir dari kasta
rendah, yang dia tahu hanya bulir kembang jagung bukan mawar merah. Hidup
mengandalkan mitos peninggalan kaum konservatif, hidup tak memiliki kejelasan
prespektif bukan seperti Salma yang memiliki natur tekun dalam penyempurnaan mantra.
Salma individu tangguh yang memiliki kemampuan sangat baik. Salma memiliki kemampuan
imprufisasi ketika mantra membentur teori. Salma mampu menjadikan teori untuk
lebih stabil. Jelas, karena Salma memiliki referensi yang cukup.
Entah mengapa kini semua kemampuan seperti hilang,
logika Salma tak lagi berjalan ketika berhadapan dengan Urip. Semua yang telah
pernah ia pelajari dengan susah payah seperti lenyap. Mengapa?
“Aku hampir tak bisa bernafas setiap kali kau ada didepanku”
ucap Salma terasa berat.
Urip tak hirau dengan apa yang didengar.
Apa itu berarti Urip puas dengan drama yang telah ia buat. Drama yang membuat
Salma kehilangan senyum, sahabat, hingga
kehilangan segala kemampuan atau mungkin Urip menginginkan Salma hancur lebih
dalam lagi?
Aku sangka bukan. Linang air mata Salma sudah lebih dulu
menusuk jantung Urip dan itu lebih dari yang baru didengar.
Semenjak Urip mengubah jalan hidup memang dia melupakan
semua. Guru Wahab, Kojin, Nungkai, Narang, Tanah Luar dan semuanya. Berorientasi
materi dengan mengambil resiko tinggi memang benar-benar membuat Urip berubah.
Ya, Urip gambling dengan seluruh aset yang dimiliki. Untuk apa? Gak perlu aku
jawab.
Tapi yang aku tahu Urip selalu berangkat jam 2 dini hari
lalu esoknya sekitar jam 10 malam baru
sampai rumah lagi. Di hampir setiap hari matanya terjaga 20 jam bekerja
dibelakang kemudi dengan jarak tempuh sekitar 600 km sebagai pejual jasa pengadaan barang.
Yang aku tahu setiap telah dibelakang kemudi dan
harus memandangi jalan aspal maka isi kepala Urip tak lebih dari hanya
memikirkan Salma. Urip hanya ingin melihat Salma bahagia tapi yang jelas bukan
dengan dirinya. Apa itu berarti Urip tidak mencintai Salma?
Aku sangka jika seseorang mencintai orang lain maka orang
itu akan sedia melakukan sesuatu berkorban apa saja agar orang yang dicintai
bisa bahagia walau itu berarti yang dicintai bersama dengan yang lain. Orang yang
dicintai tidaklah akan pernah jauh dari hati walau dia memiliki jarak yang jauh.
Urip tidaklah pernah akan bisa membuang Salma. Sebenarnya
Salma juga bisa merasakan itu tapi tidak mudah bagi Salma ketika memandang
cermin menatap dirinya yang telah lebih dari dewasa dan dia masih sendiri. Sedang
Urip satu-satunya yang ada didalam ruang
hati tapi tak pernah bisa benar-benar dimiliki.
Air mata Salma jelas menggambarkan apa yang ia ingin dan sudah pasti itu
lebih dari sekedar cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar