Urip hadir hanya membawa rasa bimbang tak tentu arah, sakit
itu hanya tipis terasa tetapi menjadikan layu hidup Salma. Terasa menyesak
nafas yang pasti, sedang hembus angin bukanlah mengihibur atau mengeringkan air
mata Salma yang ada justru menjadikan gelap.
Hidup seperti laknat ketika mengenal Urip. Mungkin benar
perasaan Salma waktu itu yang mengatakan jika sebagian dari nafas Urip membawa
aroma iblis. Mungkin kesalahan besar telah mengenal Urip tapi entah mengapa
justru terasa seperti tercekik ketika Urip jauh.
Bersama Urip hidup Salma berantakan seperti kapal pecah
menghantam karang dan Salma tahu sedang
bermain dengan nasib dan jangan kau tanya kemana dia akan melangkah. Yang pasti
dia telah lebih dari dewasa dan tahu apa yang ia mau. Sudah pasti itu lebih
dari yang Urip pikirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar