"Kau memerlukan daya juang, keberanian dan akal yang panjang untuk
bisa bertahan. Kau akan mengerti tentang sesuatu yang tidak orang lain
pernah ajarkan, bahkan tanpa kau perlu berpikir. Sedikit impresif
mungkin itu yang lebih tepat" ujar Kojin.
Sedang Urip hanya mendengar dan tak ingin menyahuti pun asap rokok
makin pekat dalam ruang bengkel seni Kojin.
"Beng pernah mengatakan bahwa dia hanya beriman kepada nalurinya
semata. Apapun yang orang lain katakan hanya cerita untuk diiyakan tak
lebih. Dia tak pernah yakin akan sesuatu bahkan kepada agama.
Tapi sering aku melihatnya melakukan ritual pendekatan terhadap
sesuatu dengan mengandalkan prosesi yang aneh, sejenis takhayul.
Beng aneh" ujar Kojin lagi.
Kini suasana menjadi sunyi, keduanya kehilangan lanjutan kalimat.
Angin dingin masuk melalui jendela memberi kabar bahwa hujan telah
turun di jauh dari tempat mereka.
"Kau menginginkan apa?" tanya Kojin.
"Aku tidak tahu" jawab Urip.
"Terkadang apa yang kau inginkan bukan apa yang kau perlukan.
Kau hanya ingin pulang? Dan sekarang kau tahu bukankah disini tidak
ada dari apa yang kau perlukan.
Aku tahu jika disana kondisi sangat tidak menentu, bahkan menekan
mental, jauh dari rasa aman. Aku sadar jika sangat sulit ada diantara
penyihir.
Kau menginginkan kondisi aman?
Bukankah kau sadar jika kondisi aman tak lebih dari kurungan yang akan
menjadikanmu kerdil, kau akan seperti tanaman didalam pot yang menjadi
bonsai ketika ada diantara rasa aman itu.
Bukankah di sana merupakan tempat yang luas? Bukankah segala sulit itu
yang menjadikanmu besar? Lalu untuk apa kau memahami jika kau masih
lemah?" cercaan Kojin mejadi. Kojin sangat jelas melihat sisi lemah
Urip yang sedang dominan.
"Disini hanya ada kalimat yang seolah benar, kebenaran yang
sebenarnya hanya akan membiaskan tujuan. Bukankah itu kalimat darimu?
Kau sering mengatakan jangan terlalu pikirkan sesuatu namun lakukan
terhadap sesuatu dan sesuatu itu akan mengajarkan sesuatu. Kecerdasan
bukan sekedar logika tapi melibatkan hati dan perasaan, bukankah itu
semua kalimat darimu?"Kojin makin kesurupan.
"Tidakkah kau malu dengan kekasihmu? Aku rasa dia lebih tangguh, dia
lebih cerdas menghadapi situasi"
6.17.2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
Segala kemampuan yang dimiliki Beng bukanlah berarti menjadikan sesuatunya bisa lebih mudah. Jantung Urip berdegub lebih kuat begitu meng...
-
Hidup bukanlah untuk tujuan, melainkan perjalanan dari petualangan yang serba mungkin. Hingga apapun itu yang sedang terjadi memang telah ...
-
Haruskah aku berjalan terus menyusun teori konspirasi gila, membolak-balik faham konkret, hingga ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar