"Selalu disetiap dari apa kondisi seseorang akan tetap memiliki konflik.
Sebut saja lambai dan langkah ketika sedang berjalan, tangan kiri
sudah pasti tak pernah bersamaan arah lambainya dengan tangan kanan,
pun kaki kiri tak akan pernah melangkah bersamaan arah dengan kaki
kanan.
Perbedaan langkahlah yang justru membuat tubuh bergerak, berjalan
walau kanan dan kiri tak mau searah kecuali ada kondisi yang memaksa,
perbedaan arah kanan dan kiri bukan dijadikan konflik tapi keduanya
membangun keselarasan.
Tinggal bagaimana seseorang bersikap atas konflik itu, menjadikan
konflik sebagai beban yang melelahkan atau sebagai komponen penting
dari serunya permainan.
Konflik dasar berawal dari naluri manusia untuk bertumbuh kembang,
sifat yang menjadikan hasrat atas pencapaian terhadap sesuatu, sedang
disisi yang lain naluri mempertahankan kelangsungan hidup, sifat yang
mendorong hasrat untuk memiliki rasa aman yang melahirkan sikap suka
bertahan pada posisi aman yang sedang dimiliki dan enggan melangkah
pada sesuatu hal yang dianggap baru dan belum diketahui bagaimana
penjaminan atas keamanannya.
Sisi lain membawa maju, sisi lainnya lagi bertahan, tentu ada konflik,
jelas semua ras manusia pasti memiliki konfliknya sendiri-sendiri
alias masalahnya sendiri-sendiri.
Konflik yang wajar tapi terasa memberati. Seharusnya kita sadar tak
perlu seseorang mencari upaya keselamatan, walau tak diupayakan
bukankah sifat penyelamatan itu sudah ada dengan sendirinya.
Tak mungkin rasanya kalau sudah tahu ada sesuatu yang mengancam
dirinya manusia tak menghindar. Tak usah diajari jika ada pohon besar
yang hendak tumbang sedang manusia itu mengetahui arah tumbangnya
menuju kearah dirinya maka manusia itu sudah pasti akan menghindar.
Tak perlu diajari.
Pun ketika lapar, tak perlu diajari maka dia akan mencari sesuatu yang
bisa dimakan, tak perlu diajari.
Yang perlu diungkit mengapa harus ada perasaan malu, malas, takut,
gengsi atau apa saja yang menjadi penghambat atas tindakan seseorang
yang seharusnya dilakukan ketika sedang berhadapan dengan sesuatu.
Penghambat olah dari pikir, hati, naluri, ego.
Seharusnya ada teori yang lebih stabil berlaku secara universal.
Itu masalah yang dulu pernah kau angkat akan tetapi kau sendiri tak
pernah secara sungguh menyelesaikan hingga bisa dijadikan pegangan"
ujar Kojin setengah mencela.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar