Ketidak harmonisan malah membentuk harmoni tersendiri dan kau tahu itu.
Adanya ketidaknyamanan yang menjadikan kudeta, dan kudetalah yang
melahirkan susunan kalimat hingga menyentuh perasaan, aktifitas
berlebih, pun mengubah paksa kasta rendah untuk melek.
Kebahagiaan hanya membuat mati lebih awal, syurga teramat membosankan.
Pernahkah kau berfikir jika di syurga tak perlu ada harapan, karena
sebelum kau harap sesuatu itu maka telah ada sesuatu itu. Hampa.
Bukankah kau sudah membuktikan jika tanpa kalimat akan justru
membentuk kalimatnya sendiri yang menembus perasaan. Bukankah jika aku
tak berkalimat malah akan menjadikan aku lebih nyata dan bukan lagi
sekedar maya.
Apa kau berfikir aku tak merasakan kegelisahanmu jika kau tak
menunjukkan kalimatmu.
Aku bertanya padamu, mengapa masih saja ada perasaan inginmu, sedang
akal cerdasmu jelas menyatakan tak mungkin, jelas menolak.
Benci atau cinta, mungkin hanya rindu apapun itu wujudnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar