Aku masih mempertanyakan tentang kenyataan yang makin menguras pikiran dan perasaan, tak hirau dengan angin malam yang biasa mengantar dia menampilkan rebab pengiring syair karya-karyanya.
Terasa sekali kalimat tak cukup lagi mewakili perasaan rinduku terhadapnya, entah mengapa kemarin ketika dia sentuh pundaku yang terasa justru jarum-jarum berkarat makin menusuk jantung.
Dan mungkin rasa itu tak akan hilang sampai tiba ajal. Aku menyangka pelukanku terhadapnya adalah pengobat rindu, namun yang kudapati justru rasa getir walau dihibur oleh senyum lembut dari bibirnya yang dilapis tulus.
Entah mengapa ketika tulus justru sekam terasa saat kutelan madu darinya.
Mungkin cinta tak selalu manis, pun tak selalu berbunga-bunga. Dan yang aku peduli hanya harap mendegar suara nafasnya untuk membunuh rindu yang setiap saat mengejek.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar