Ketika ada seorang teman yang baru kita kenal lalu mengundang kita
pada acara peluncuran bukunya maka apa reaksi kita?
Sebut saja kita sedia menghadiri acara itu. Namun yang menjadi soal
bukan kesedian kita untuk hadir tapi mengapa selalu jadi ribet, mulai
dari pemilihan busana yang selalu ada saja rasa yang kurang pas,
sampai pada membayangkan apa yang akan kita lakukan disana nanti.
Pun ketika kita telah sampai disana dan bertemu dengan teman yang
mengundang itu maka kita berusaha manis, bahkan kalau bisa sebaik
mungkin bersikap. Jangan bikin malu.
Kita bukan lagi sebagai kita yang sebenarnya. Semua pengalaman pada
setiap acara di masa lalu sangat memberi pengaruh seolah pengajaran,
mendorong terjadinya prilaku pada saat itu berada di luar dari
kebiasaan. Mengapa? Bisakah kita menghentikan dorongan itu? Adakah
permintaan dari teman kita itu untuk kita bersikap di luar dari
kebiasaan seperti itu?
Coba diandai, apa benar kita berani datang pada acara peluncuran buku
itu dengan kondisi apa adanya seperti kehidupan sehari-hari, barang
kali aku tidak berani.
Itu bukti betapa masa lalu mampu menjadi pemaksa kesadaran. Bawah
sadar yang mengambil alih prilaku.
Sama seperti seorang yang ketika masa kecilnya sering mendapat
tekanan, terintimidasi maka kecenderungan prilaku penakut, pemalu akan
mendominasi, atau justru sebaliknya jika dia mampu menahan tekanan
itu, dengan akan bersikap kasar, tak menahu di aturan. Orang yang di
masa kecilnya tidak beruntung tersebut ketika telah dewasa tak tahu
mengapa dia harus menjadi pemalu, mengapa harus takut, mengapa harus
congkak, mengapa harus bersikap tidak seperti kebanyakan orang yang
ada disekitar kehidupannya. Sedang kesadarannya sangat tahu jika sikap
itu tak pernah dikehendaki.
Beban sosial yang terus-menerus selama perjalanan hidup perlahan
menekan semua kejadian pada masa lalu seseorang kebawah sadar. Setiap
pengalaman pada masa lalu yang tidak bisa dihapus hanya akan
terlupakan, tidak hilang namun semakin tersimpan kebawah, mengendap
dibawah sadar.
Dan sekarang menjadi pendikte prilaku, memblokir setiap hasil yang
didapat dari logika cerdas. Menjadi uncontrol.
Entah, pada masa lalu Angga, Urip, Nungkai memiliki pengalaman apa. Pun kau.
Mengapa harus sulit untuk bisa cerdas melihat kenyataan dari hubungan
dengan kekasih? Mengapa seolah tak pernah mampu lebih jujur? Mengapa
memilih rumit?
Yang jelas setiap kau masih tak bisa wajar berbahasa, maka akan
semakin tampak bahwa kau memiliki ketakutan yang tak beralasan. Ada
dari sebagian masa lalumu yang mengambil alih kondisi yang sebenarnya
tak sedikitpun ada kaitannya dengan yang sedang kau hadapi.
Semua makin mengendap menentukan pola yang sebagian orang katakan
sebagi seni dari hidup. Sedang bagiku tidak, aku merasa dari hidupku
ada yang tidak beres.
5.28.2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengambil Gambar
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...
-
"Setara dengan apa yang kau rasa ketidak nyamanan itu, ketika kau tengok aku maka itu pula yang berbisik di degup jantungku. Kala senja...
-
Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang Sedang Beng mendekat "Tapi apakah dia sehati den...
-
Logis jika sesuatu itu memiliki urutan yang jelas hingga bisa dianalogi dalam pola matematis. misal ada pertanyaan buah dari pohon ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar