"Kau percaya dengan apa yang kau pikirkan, itu sangat bertolak belakang dengan Urip. Urip sering mengatakan padaku bahwa apa yang ada dipikiran tidak bisa dipercaya" ujar Rian yang terlihat bodoh.
"Kaum salafi, memang seperti itu mereka. Benar, Urip memang memegang prinsip terbalik dari logika cerdas, Urip juga pernah mengajukan teori yang seolah benar tapi aku meragukan itu semua jika dibentur dengan peradaban modern" sambung Laya sambil mengikat rambutnya yang terurai sedang kerudung warna merah hati yang di pundak menari tertiup angin.
"Mana rumah guru Wahab?" ujar Laya tak sabar.
Perahu kayu kecil terus melaju didorong masin tempel 5 pk, sedang kabut asap terasa sangat mengurangi jarak pandang sore itu.
Sudah hampir tenggelam matahari di ujung barat namun sungai Barito masih terasa sibuk seolah sangat ingin menyempatkan hari untuk segala kepentingan.
"Urip otaknya terganggu" suara keras Andika memastikan Laya bisa mendengar apa yang di ucapkan.
"Dia menggunakan hati dan perasaan untuk bertahan hidup, bukan terganggu" timpal Laya walau setengah dari perasaannya membenarkan apa yang Andika nyatakan.
Laya tahu sekali kelemahan urip tapi Laya mencoba menjadi cover bagi Urip.
Tak sering cinta itu hadir dalam kehidupan manusia, tak mudah membuat hati untuk sepakat dalam kompromi. Kadang terandai apakah bisa ada cinta seindah seperti tergambar dalam bayangan yang bisa diatur-atur oleh logika.
Laya menghela nafas mengingat betapa bodohnya Urip.
"Kaum salafi, memang seperti itu mereka. Benar, Urip memang memegang prinsip terbalik dari logika cerdas, Urip juga pernah mengajukan teori yang seolah benar tapi aku meragukan itu semua jika dibentur dengan peradaban modern" sambung Laya sambil mengikat rambutnya yang terurai sedang kerudung warna merah hati yang di pundak menari tertiup angin.
"Mana rumah guru Wahab?" ujar Laya tak sabar.
Perahu kayu kecil terus melaju didorong masin tempel 5 pk, sedang kabut asap terasa sangat mengurangi jarak pandang sore itu.
Sudah hampir tenggelam matahari di ujung barat namun sungai Barito masih terasa sibuk seolah sangat ingin menyempatkan hari untuk segala kepentingan.
"Urip otaknya terganggu" suara keras Andika memastikan Laya bisa mendengar apa yang di ucapkan.
"Dia menggunakan hati dan perasaan untuk bertahan hidup, bukan terganggu" timpal Laya walau setengah dari perasaannya membenarkan apa yang Andika nyatakan.
Laya tahu sekali kelemahan urip tapi Laya mencoba menjadi cover bagi Urip.
Tak sering cinta itu hadir dalam kehidupan manusia, tak mudah membuat hati untuk sepakat dalam kompromi. Kadang terandai apakah bisa ada cinta seindah seperti tergambar dalam bayangan yang bisa diatur-atur oleh logika.
Laya menghela nafas mengingat betapa bodohnya Urip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar