"Barangkali yang aku minta hanya kau masih sedia kirimkan kabar. Mengetahui kau baik-baik itu sudah lebih dari cukup.
Andai kau tahu, hati ini masih hanya tentangmu, aku masih tak bisa menggantimu dengan yang lain" itu saja perasaan Laya.
Laya hampir tak tahu lagi semua yang sedang dilalui dalam hidup. Yang dia rasa hanya kehilangan arti setelah mengenal pria brengsek, pria yang seharusnya tidak masuk dalam kehidupannya namun kini justru ada dan membalik semua, menyadarkan kenyataan, kenyataan yang terasa menghukum, seolah dia telah salah melangkah. Ingin menangis tapi apa yang ditangisi, ingin marah, pada siapa harus marah, ingin mengakhiri, apa yang diakhiri. Sekarang apa yang diucap hanya sekedar ucap, daripada tidak.
Pun ketika air matanya menetes tak sekalipun dia bisa keluhkan pada yang lain. Dan diam menjadi pilihan, menutupi sesalnya sendiri.
Laya larut dengan dirinya sendiri membiarkan Andika berdebat dengan guru. Sedang Rian malah mendengkur terlihat lelap dengan rasa capek yang dalam.
Andai kau tahu, hati ini masih hanya tentangmu, aku masih tak bisa menggantimu dengan yang lain" itu saja perasaan Laya.
Laya hampir tak tahu lagi semua yang sedang dilalui dalam hidup. Yang dia rasa hanya kehilangan arti setelah mengenal pria brengsek, pria yang seharusnya tidak masuk dalam kehidupannya namun kini justru ada dan membalik semua, menyadarkan kenyataan, kenyataan yang terasa menghukum, seolah dia telah salah melangkah. Ingin menangis tapi apa yang ditangisi, ingin marah, pada siapa harus marah, ingin mengakhiri, apa yang diakhiri. Sekarang apa yang diucap hanya sekedar ucap, daripada tidak.
Pun ketika air matanya menetes tak sekalipun dia bisa keluhkan pada yang lain. Dan diam menjadi pilihan, menutupi sesalnya sendiri.
Laya larut dengan dirinya sendiri membiarkan Andika berdebat dengan guru. Sedang Rian malah mendengkur terlihat lelap dengan rasa capek yang dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar