Pagi itu Kojin berdiam memandangi anggrek yang tumbuh di sela pohon yang tumbang
Sedang Beng mendekat
"Tapi apakah dia sehati dengan Urip?" Tanya Kojin.
"Benar untuk diawalnya tapi tidak lagi untuk sekarang mungkin akan lebih terdengar seperti membosankan mendapati hal yang sama seperti masa lalu.
"Mengapa mereka tidak membiarkan masa lalu tetap pada tempatnya?"
"Benar, masa lalu tetap indah jika tetap di masa lalu tentu ketika mereka rindu masa lalu seharusnya cukup dengan mengenang dan bukan masuk dengan terlibat kembali.
Mungkin indah hanya pada waktunya dan tidak ketika berada di waktu yang berbeda."
"Apakah tindakan Urip salah?"
"Tidak juga, setidaknya mereka bisa mengetahui bahwa kadang ada hal berbeda ketika seseorang mengharap sesuatu yang sama.
Sudahlah... cinta karena seseorang cinta jangan kau tanya alasan, karena aku yakin jika ia memberi alasan jelas itu jawaban yang di ada-ada yang akan janggal didengar
Mungkin aku orang realis yang kolot, mungkin"
Beng berhenti berucap sambil mematikan rokok yang memang sudah mati
Sedang Beng mendekat
"Tapi apakah dia sehati dengan Urip?" Tanya Kojin.
"Benar untuk diawalnya tapi tidak lagi untuk sekarang mungkin akan lebih terdengar seperti membosankan mendapati hal yang sama seperti masa lalu.
"Mengapa mereka tidak membiarkan masa lalu tetap pada tempatnya?"
"Benar, masa lalu tetap indah jika tetap di masa lalu tentu ketika mereka rindu masa lalu seharusnya cukup dengan mengenang dan bukan masuk dengan terlibat kembali.
Mungkin indah hanya pada waktunya dan tidak ketika berada di waktu yang berbeda."
"Apakah tindakan Urip salah?"
"Tidak juga, setidaknya mereka bisa mengetahui bahwa kadang ada hal berbeda ketika seseorang mengharap sesuatu yang sama.
Sudahlah... cinta karena seseorang cinta jangan kau tanya alasan, karena aku yakin jika ia memberi alasan jelas itu jawaban yang di ada-ada yang akan janggal didengar
Mungkin aku orang realis yang kolot, mungkin"
Beng berhenti berucap sambil mematikan rokok yang memang sudah mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar