Atau barangkali kau pilih kata-kata yang akan menjadi peti mati"
Kalimat Beng yang tak henti mengusik Urip
Angin kencang dari barat membawa mendung hitam sedang pohon-pohon tinggi berayun mengugurkan dedaunan kering. Mungkin sebentar lagi hujan.
Urip menepi ketempat yang sedikit luas dan cukup untuk bisa parkir. Entah apa, yang jelas ia turun dan sesaat kemudian merentangkan kedua tangan sabil memejam ia mendongak kepala ke langit.
Ingin sudah di ubun-ubun tapi keinginan berteriak sekuat mungkin tetap ia urungkan. Urip kini hanya diam dan pilih sibuk mengumpulkan sebanyak mungkin apa yang ia ingat tentang perempuan yang telah pernah dan sedang mengambil lebih banyak porsi dalam ingatan.
"Aku sangka benar dengan ucapannya.
Bukanlah tindakan destruktif apa yang telah kau lakukan tapi kau telah dengan benar menyusun satu demi satu dari bentuk kehidupan dan itu hanya kau sendiri yang bisa memahami. Masing-masing dari kita akan memiliki bentuk, masing-masing dari kita saling terkait, seperti, sejauh, sedalam apa hanya kita sendiri yang bisa merasa.
Kau taklah harus tenggelam dalam kebersamaan bersamanya pula jangan kau sirna dari pandangannya.
Aku rasa kau dan dia telah menemukan bentuk yang seperti seharusnya"
Beng menghentikan ucap lalu mengambil bungkus rokok kretek.
Keduanya hampir bersamaan tampak melemahkan syaraf dengan menyandarkan punggung ke dinding.
Udara terasa gerah, obat nyamuk bakar sudah hampir habis sedang malam belum terlalu larut
"Entah bagaimana bermula, yang aku ingat waktu itu aku hampir tak pernah henti ngomel ketika dia menegur, mengejek, atau ketika dia mengingatkan aku. Yang aku ingat aku sibuk berkilah tak mau kalah, sedang telingaku tetap mendengar apa yang dia ucap.
Dan yang tak akan pernah aku lupakan ketika dia bercerita tentang pandora.
Pandora yang ia ceritakan tak aku sangka telah benar-benar mengubah arah hidupku. Dia telah menterjemahkan arti kemungkinan dan apa itu peluang dengan baik.
Dia yang terbaik dari semua perempuan yang telah pernah aku kenal"
Urip menghentikan cerita lalu menghisap rokok dalam-dalam seolah segera ingin menyimpan semua kenangan dengan baik.
Semua yang baru saja perempuan itu katakan benar. Semua telah seperti memutar kembali cerita yang hanya bisa menusuk hati sendiri.
Urip beranjak meninggalkan Beng sedang langit penuh bintang. Semua telah berubah tapi ingatan masih walau semua tidak akan pernah lagi sama.
"Kau yang terbaik"
Aku sempatkan mengambil gambar sederhana pagi tadi. Sekedar rumput yang tumbuh di pinggir jalan. Aku gunakan lensa canon 55 - 250mm pula ap...