Ah... kau
"Kelemahan pemikir malah pemikir itu tak tidak pernah sadar jika hukum alam yang menyatakan jika tangan kanan makin besar maka tangan kiri akan setara besarnya yang dia sendiri rumuskan itu jua berlaku pada dirinya. Urip pemikir, dia memikirkan apa yang di kehidupan hati juga perasaan namun Urip tak pernah sadar jika semakin banyak yang dia ketahui maka semakin banyak pula yang dia makin tidak ketahui.
Dulu kita sering mendengar kisah seorang nabi yang melakukan hijrah dari kota Mekah menuju ke kota Madinah. Sedikit ingatan pada masa belajar dan coba kita kaitkan kedalam kehidupan nyata yang berlaku pada masa sekarang, bisakah hijrah juga membawa perubahan besar seperti yang nabi pernah dapat pada waktu itu.
Sibuk mengurai hati juga penalaran yang entah akan sampai kemana ujung. Berusaha menggunakan logika cerdas untuk mengurai setiap yang terasa menjadi kalimat yang mudah dicerna hingga bisa disampaikan kepada yang lain atau sekedar tahu semata. Itu yang Urip pernah lakukan dan aku ketahui.
Aku dengar Urip mencoba memahami asumsi semakin tinggi pengetahuan setara pula dengan semakin tinggi ketidak tahuan seseorang.
Bulan-bulan terakhir Urip bekerja siang malam memutar apa saja yang bisa menghasilkan uang. Masuk kesetiap toko menawarkan apa yang bisa dia pasok, hutang menggunung, tagihan tak terbendung jauh diatas kemampuannya menghimpit tubuhnya yang kurus. berangkat dari rumah jam dua malam pulangnya esok jam dua belas malam. tujuhpuluh persen hidup diatas mobil. Urip menghancurkan dirinya sendiri. Untuk apa?
Yang aku dengar untuk melupa kekasihnya tapi aku tidak begitu yakin. Urip memahami banyak teori, tentu dia tahu jika dia berusaha melupa maka dia akan mendapat ingat.
Merubah pola, barangkali Urip merubah penggunaan energi yang biasanya dihabiskan untuk pemikiran juga perasaan dan sekarang sebagian besar energinya bihabiskan untuk tindakan.
Barangkali Urip abai kalkulasi matematis dalam bertindak, terlihat dari besarnya hutang yang jelas diluar kemampuannya.
Baik begitu barangkali, semakin tidak mampu barangkali akan setara dengan semakin mampu" Ujar Kojin.
Sedang bulan sabit diatas kepala pun bulan ramadhan di hari ke 26 menebar kusyu' di hati setiap muslim muslimah.
Dimah hanya tahu jika hidup merupakan fungsi dan Urip telah mengambil fungsi seperti halnya yang lain yang telah berusaha memiliki manfaat untuk kehidupan. Barangkali Urip telah mencoba alih perjalanan dari kehidupan ritual dan mantra menuju kehidupan nyata walau sangat jelas dia akan semakin merasa apa yang kekasihnya rasakan.
"Ah... aku yakin jika nadi Urip menyimpan ingatan..."
"Kelemahan pemikir malah pemikir itu tak tidak pernah sadar jika hukum alam yang menyatakan jika tangan kanan makin besar maka tangan kiri akan setara besarnya yang dia sendiri rumuskan itu jua berlaku pada dirinya. Urip pemikir, dia memikirkan apa yang di kehidupan hati juga perasaan namun Urip tak pernah sadar jika semakin banyak yang dia ketahui maka semakin banyak pula yang dia makin tidak ketahui.
Dulu kita sering mendengar kisah seorang nabi yang melakukan hijrah dari kota Mekah menuju ke kota Madinah. Sedikit ingatan pada masa belajar dan coba kita kaitkan kedalam kehidupan nyata yang berlaku pada masa sekarang, bisakah hijrah juga membawa perubahan besar seperti yang nabi pernah dapat pada waktu itu.
Sibuk mengurai hati juga penalaran yang entah akan sampai kemana ujung. Berusaha menggunakan logika cerdas untuk mengurai setiap yang terasa menjadi kalimat yang mudah dicerna hingga bisa disampaikan kepada yang lain atau sekedar tahu semata. Itu yang Urip pernah lakukan dan aku ketahui.
Aku dengar Urip mencoba memahami asumsi semakin tinggi pengetahuan setara pula dengan semakin tinggi ketidak tahuan seseorang.
Bulan-bulan terakhir Urip bekerja siang malam memutar apa saja yang bisa menghasilkan uang. Masuk kesetiap toko menawarkan apa yang bisa dia pasok, hutang menggunung, tagihan tak terbendung jauh diatas kemampuannya menghimpit tubuhnya yang kurus. berangkat dari rumah jam dua malam pulangnya esok jam dua belas malam. tujuhpuluh persen hidup diatas mobil. Urip menghancurkan dirinya sendiri. Untuk apa?
Yang aku dengar untuk melupa kekasihnya tapi aku tidak begitu yakin. Urip memahami banyak teori, tentu dia tahu jika dia berusaha melupa maka dia akan mendapat ingat.
Merubah pola, barangkali Urip merubah penggunaan energi yang biasanya dihabiskan untuk pemikiran juga perasaan dan sekarang sebagian besar energinya bihabiskan untuk tindakan.
Barangkali Urip abai kalkulasi matematis dalam bertindak, terlihat dari besarnya hutang yang jelas diluar kemampuannya.
Baik begitu barangkali, semakin tidak mampu barangkali akan setara dengan semakin mampu" Ujar Kojin.
Sedang bulan sabit diatas kepala pun bulan ramadhan di hari ke 26 menebar kusyu' di hati setiap muslim muslimah.
Dimah hanya tahu jika hidup merupakan fungsi dan Urip telah mengambil fungsi seperti halnya yang lain yang telah berusaha memiliki manfaat untuk kehidupan. Barangkali Urip telah mencoba alih perjalanan dari kehidupan ritual dan mantra menuju kehidupan nyata walau sangat jelas dia akan semakin merasa apa yang kekasihnya rasakan.
"Ah... aku yakin jika nadi Urip menyimpan ingatan..."