Aku sudah membuka pintu ruang yang seharusnya terkunci, ruang dimana malaikat-malaikat selalu membaca mantra suci beserta iblis yang meniup-niupkan nafsu ditiap hembusan nafas, ruang yang ditiap sudut penuh dengan rajah yang membuat dua insan terjerat tali berbalut asmara dan aku tahu dia tidak mungkin siap.
Tak akan, sekalipun hanya mimpi. Hanya membiarkan hasrat untuk berkalimat, entah apa ujud kalimat itu, masing-masing tahu berguna maupun tidak berguna akan sama saja.
Mungkin dia membiarkan memori menguasai dan aku mungkin merindukan luka yang dalam.
Mungkin dia akan menikam ketika kusisir rambutnya yang terurai, ketika kubasuh lembut kakinya dengan air hangat, atau ketika kunyalakan tungku api pengusir dingin yang menusuk tulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar