Menjadi picisan ketika bahasa jiwa keluar terlalu vulgar, atau coba bahasa sastra atau mantra, mungkin tetap menjadi gunjingan diantara kaum yang kokoh menggenggam norma.
Lalu mereka mengatakan jangan terbahak, dan jangan pula tersedu. Tetap bertopeng etika.
Prasangka menjadi dominan, sangka itu sendiri yang memberi citra akan sesuatu hal, memberi pengadilan dari apa yang indra analisa berdasar kitab umumnya yang tak pernah dicermati keabsahannya.
Sungguh manusia hanya beriman kepada sangka yang dia ciptakan sendiri, tak pernah rela ketika hidup memberi petuah, pun tak rela ketika alam memberi dari apa yang manusia itu sendiri tanam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar